Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

China-Uni Eropa Siap Redakan Konflik Dagang, Efek Satu Nasib Diancam Trump

China-Uni Eropa Siap Redakan Konflik Dagang, Efek Satu Nasib Diancam Trump Kredit Foto: Flickr/European Parliament
Warta Ekonomi, Jakarta -

China dan Uni Eropa memberikan sinyal positif dalam upaya kedua belah pihak untuk meredakan ketagangan dagang dari Brussel dan Beijing. Hal ini menyusul ancaman tekanan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Perdana Menteri China Li Qiang dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan pentingnya kerja sama antara kedua belah untuk meredakan ketegangan dagang, apalagi keduanya merupakan sasaran tarif dari Trump.

Baca Juga: Trump Akhirnya Terapkan Perjanjian Dagang Uni Eropa, Tarif Mobil Jadi 15%

Von der Leyen menyatakan apresiasi terhadap kesiapan negosiasi dagang dari Beijing. Dirinya yakin kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dagang dari China-Uni Eropa.

“Saya menghargai kesediaan mereka untuk terlibat dengan kami dalam semangat saling memahami. Kekhawatiran euro mengenai kontrol ekspor, akses pasar, dan masalah overkapasitas sudah diketahui dengan baik,” ujar Von der Leyen, dilansir Jumat (26/9).

Adapun Li Qiang menyampaikan harapannya agar kedua pihak dapat menjaga semangat awal hubungan diplomatik dari China-Uni Eropa.

“Sebagai dua kutub penting di dunia, China dan UE harus menunjukkan tanggung jawab dan menjaga kemandirian strategis,” kata Li.

China dan Uni Eropa sendiri telah berada dalam ambang perang dagang selama dua tahun terakhir. Namun, Trump datang dan menekan ekspor kedua pihak, hal tersebut memberi alasan untuk membuat jalan damai bagi Beijing dan Brussels.

China menghadapi kesulitan bernegosiasi dengan Washington dan Brussels. Pihaknya juga menghadapi keluhan industri asing terkait keterlambatan izin ekspor, termasuk logam tanah jarang.

Baca Juga: Rencana Akuisisi oleh Perusahaan China Jadi Sorotan, Manajemen KOKA Buka Suara

Sementara Uni Eropa juga menghadapi tantangan membangun konsensus internal. Dalam voting terkait tarif kendaraan listrik (EV) asal mitra dagangnya itu, sepuluh negara anggota mendukung, dua belas abstain, dan lima menolak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: