Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

NTT Alami Kekeringan di Musim Hujan

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang - Hasil foto citra satelit yang berhasil direkam BMKG Kupang menunjukkan bahwa sebagian besar wlayah Nusa Tenggara Timur mengalami kekeringan di musim hujan (longresfer) sejak akhir Desember 2015, akibat masih menguatnya fenomena El Nino.

"Longresfer ini sangat mempengaruhi pola tanam para petani, karena fenomena kekeringan itu justru terjadi di musim hujan," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Apolonaris S Geru kepada wartawan di Kupang, Rabu (13/1/2016).

Selain munculnya fenomena "longresfer" tersebut, kata dia, curah hujan yang terjadi pada sebagian kecil wilayah provinsi berbasis kepulauan ini, juga masih di bawah normal, sehingga belum memberi rasa nyaman bagi para petani untuk mengolah lahannya.

Ia menambahkan sejak awal Mei 2015, sudah diperdiksi oleh BMKG berkaitan dengan pengamatan dan kajian bahwa musim kemarau tahun 2015 dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

"Fenomena El Nino ini tampaknya masih menguat sampai akhir Februari 2016. Artinya, kekeringan itu justru terjadi pada saat puncak musim hujan di NTT," ujarnya.

Ia menjelaskan dampak El Nino tersebut mengakibatkan bergesernya awal musim hujan antara 10 sampai 40 hari dari keadaan normal.

Fenomena hari tanpa hujan di musim hujan itu terjadi sejak akhir Desember 2015. Jika fenomena El Nino terjadi sampai akhir Februari 2016 maka durasi musim hujan di NTT akan bertambah pendek, dari empat bulan dalam setahun menjadi hanya dua bulan hujan dalam setahun.

Dia mengatakan, El Nino ini sudah pernah terjadi di NTT yaitu pada tahun 1991/1992 yang mengakibatkan gagal tanam oleh petani.

Kemudian pada musim hujan 1997/1998, 2002/2003, dan musim hujan 2004/2005 juga terjadi El Nino. "Jadi El Nino ini terjadi dalam setiap dua hingga lima tahun sekali," jelasnya.

Menurut dia, terjadinya El Nino karena adanya sirkulasi wolker (sirkulasi timur barat) yang terjadi Fasifik Ekuador.

"Jadi sirkulasi wolker ini pada saat kondisi El Nino, bergeser ke timursehingga sirkulasi yang sering terjadi menimbulkan pembentukan awan, hujan bergeser ke arah timur sehingga kita di NTT mengalami curah hujan di bawah normal," tambahnya.

Berdasarkan pangamatan Stasiun Klimatologi Lasina Kupang, katanya curah hujan di wilayah Nusa Tenggara Timur dipredikasi masih dibawah normal hingga akhir Februari 2016.

"Hal ini disebabkan karena dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia bagian tengah hingga Indonesia bagian timur, katanya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Meteorologi Publikasi BMKG Mulyono R Prabowo menduga keras El Nino masih terjadi di Indonesia sampai dengan Maret 2016 sehingga potensi munculnya titik panas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap ada di sejumlah daerah.

"El nino terjadi mulai April 2015 dan puncaknya terjadi pada Desember 2015 dengan nilai indeks El Nino mencapai +2.40. Saat ini nilai indeks El Nino +2.20, jadi masih cukup kuat," kata Mulyono saat menjelaskan perkembangan El Nino dan musim hujan 2015/2016 di ruang kerja Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta.

Kondisi tersebut, menurut dia, sangat dipengaruhi oleh bertahannya"warm pool" di Pasifik tengah dan masih tebalnya massa air terhangat di kawasan tersebut. "Karena sudah sempat turun hujan jadi kondisi El NiƱo seolah-olah tertutupi. Tapi sebenarnya kondisi ini masih akan berlangsung hingga Maret 2016, dan akan mulai meluruh di bulan April berangsur ke kondisi netral," ujar Mulyono. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: