Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Akhir tahun 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara, masih tetap tinggi meski sudah menurun dibanding dua bulan sebelumnya. Inflasi November tercatat?0,76% (mtm), menurun dibanding dua?periode berturut turut?sebelumnya yang mencatatkan inflasi diatas 1%.?Realisasi?inflasi?ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi nasional yang hanya tercatat 0,47% (mtm).
Realisasi inflasi ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan rataan historisnya dalam 10 tahun terakhir yang hanya tercatat 0,49% (mtm).?Secara tahunan inflasi Sumut meningkat menjadi 7,65% atau?6,13% (ytd).?Masih tingginya?tekanan inflasi pada bulan November 2016masih didorong oleh?tingginya?tekanan inflasi?Volatile Foods.
"Tekanan inflasi?volatile foods?secara bulanan mereda. Inflasi?Volatile Foods?pada bulan November 2016 menurun dari 3,57% (mtm) pada bulan sebelumnya menjadi 1,97% (mtm). Penurunan tekanan inflasi ini terutama didorong oleh meredanya tekanan inflasi dari kelompok bumbu-bumbuan yang menurun dari 19,71% (mtm) menjadi 13,38% (mtm). Hal tersebut tidak terlepas dari mulai meredanya gejolak harga cabai merah sehingga magnitude kenaikannya tidak setinggi bulan?sebelumnya?yang mencapai 36,40%,"kata Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumut, Difi A Johansyah, Jumat (2/12/2016).
Secara tahunan, tekanan inflasi dari kelompok ini masih tinggi menjadi 18,5%, atau sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya.?Terbatasnya cabai merah di sentra produksi akibat masifnya dampak OPT menyebabkan harga cabai merah masih tinggi. Kenaikan harga cabai merah juga diikuti dengan kenaikan harga cabai rawit sebagai komoditas substitusi. Sementara itu, berakhirnya periode panen bawang merah di beberapa sentra produksi juga turut mendorong kenaikan harga.
"Sementara itu,?tekanan inflasi kelompok?Administered Prices?menurun?dari 2,23% (yoy) menjadi 1,25% (yoy).?Secara bulanan juga menurun, yang terutama didorong oleh kembali turunnya inflasi angkutan udara seiring dengan telah berlalunya periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) pada September lalu.?Dalam pada itu, inflasi bulanan kelompok ini pada November 2016 yang sebesar 0,13% bersumber dari penyesuaian tarif listrik,"ujarnya.
Tekanan?inflasi (tahunan) secara fundamental yang tercermin pada?inflasi inti?relatif stabil meski secara bulanan?meningkat dari -0,10% (mtm) menjadi 0,15% (mtm). Disesuaikannya UMP Provinsi Sumatera Utara yang meningkat sebesar 8,25% dibandingkan UMP tahun lalu diperkirakan mendorong peningkatan upah pembantu rumah tangga. Kenaikan upah tersebut?dalam keranjang IHK tercatat sebesar?2,5%.
"Kondisi ini juga turut meningkatkan antisipasi pelaku usaha dibidang industri dalam mensiasati peningkatan biaya operasi dengan melakukan penyesuaian harga jual?consumer goods. Selain itu, permintaan akan semen yang tinggi?terkait penyelesaian?proyek infrastruktur baik pemerintah pusat maupun daerah berkontribusi dalam peningkatan harga semen dari 0,34% (mtm) menjadi 2,75% (mtm),"ujarnya.
Secara tahunan, inflasi inti relatif stabil yang mencapai 5,36% di November 2016. Kondisi tersebut didukung oleh stabilitas nilai tukar dan ekspektasi yang terjaga ditengah kenaikan daya beli masyarakat.
"Namun, inflasi?Desember?2016 diperkirakan?kita akan berusaha untuk dapat turun, bahkan lebih rendah dari historisnya.?Hal ini didorong oleh meredanya inflasi bahan pangan yang didukung oleh stabilitas harga beras ditengah masuknya musim tanam,,"ujarnya.
Dikatakannya, dengan akhir tahun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara?terus?meningkatkan koordinasi untuk menjaga pasokan bahan pangan sejalan dengan peningkatan permintaan terkait perayaan Natal dan Tahun Baru.
"Program tersebut merupakan bagian dari?roadmap?pengendalian inflasi dalam?jangka pendek dan menengah?untuk mengarahkan inflasi sesuai sasaran yang ditetapkan pada tahun mendatang,"pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait: