Perusahaan benih sayuran berbasis teknologi PT East West Seed Indonesia (EWINDO) atau dikenal dengan ?Cap Panah Merah? berkomiten untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Indonesia. Salah satu upayanya ialah dengan mengembangkan digitalisasi data pertanian yang terwujud berkat kerja sama dengan United Nation Development Programme (UNDP).
Managing Director Ewindo Glenn Pardede mengatakan, kerja sama ini untuk memberikan metode ukur dan mengetahui seperti apa yang dibutuhkan dan bagaimana kondisi petani Indonesia. Sejauh ini banyak kesimpang-siuran pada data petani di Indonesia.
"Kita bekerja sama dengan UNDP memberikan metode ukur yang terarah. Tujuannya adalah agar kita benar-benar mengerti siapa dan apa yang dibutuhkan kondisi petani," ujar Gleen di Jakarta, Selasa (14/3/2017). Menurutnya, kerja sama ini akan memberikan dukungan kepada 12.500 petani rekanan, sehingga ke depan Ewindo akan lebih mengenal kehidupan mereka, dan apa yang dibutuhkan.
"Contohnya kami dapat di Karawang. Mereka (petaninya) tidak punya lahan dari situ. Ini program pertama yakni dengan memberikan informasi digitalisasi data petani yang sesuai kebutuhan. UNDP men-support sistemnya," tutur dia.
Lebih jauh, kata dia, teknologi digitalisasi sudah harus ditetapkan di pertanian termasuk di holtikultura guna mendapatkan data petani yang akurat. Oleh karena pada program kedua, Ewindo akan meluncurkan aplikasi mobile dalam tablet untuk mengetahui data petani dan apa yang menjadi kebutuhannya.
"Kedua kita ada program cukup besar, yakni apps namanya Sipindo (sistem aplikasi petani Indonesia) kami akan buat apps-nya nanti bulan April diluncurkan untuk 100 ribu petani di Jawa dengan fokus tanaman cabai, timun, dan tomat," ucapnya.
Dia menjelaskan, nantinya dalam Sipindo akan dibuat program big data dengan bantuan dari Belanda (smart seed) yang nilainya mencapai 3 juta euro. Di smart seed?memakai sistem satelit sehingga bisa memetakan cuaca, iklim, dan daerah itu banjir apa tidak.
"Masalah kami misalnya menanam semangka di Pandeglang tidak banjir, tetapi tiba-tiba pas mau panen banjir. Nah, program ini akan memberi tahu titik mana saja yang aman dari banjir dan yang bisa ditanam, bagaimana curah hujannya," jelas Gleen.
Senada dengan Gleen, Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan, beberapa yang perlu diantisipasi ialah ketidakpastian iklim. Oleh sebab itu, dia menyambut baik upaya Ewindo menerapkan teknologi dan sistem produksi yang lebih adaptif terhadap ketidakpastian tersebut.
"Langkah Tanah Merah merupakan langkah yang tepat, karena informasi sangat penting bagi perusahaan holtikultura dalam membuat bisnis plan," tukasnya.
Dengan antisipasi itu, Bayu memperkirakan agribisnis holtikultura terutama sayuran akan tumbuh signifikan pada tahun 2017-2018, yakni sekitar 4,7%-16,1%. "Total nilai agribisnis dari sayuran diperkirakan Rp112 triliun dan di dalamnya termasuk perkiraan USD421 juta produk impor. Dengan demikian 94,9% kebutuhan sayur dalam negeri telah tercukupi oleh produksi dalam negeri," tutup Bayu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Dewi Ispurwanti
Tag Terkait: