Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mantap! Bermodal Fasilitasi PWMP, Omzet Wirausaha Ayam Kampung Sui Terus Melambung

        Mantap! Bermodal Fasilitasi PWMP, Omzet Wirausaha Ayam Kampung Sui Terus Melambung Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Estafet tongkat pembangunan pertanian selanjutnya ada pada pundak generasi muda. Berbagai upaya pun dilakukan oleh Kementan untuk mewujudkan regenerasi pertanian, salah satunya melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian atau yang lebih dikenal dengan PWMP. PWMP menjadi program andalan Kementan dalam rangka regenerasi petani.

        Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bahwa melalui kegiatan PWMP diharapkan generasi milenial berani menjadi seorang petani atau mendirikan startup di bidang pertanian. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil karena kaum milenial saat ini mulai sadar bahwa pertanian adalah tambang emas tanpa batas jangka panjang.

        Baca Juga: Kementan Gandeng BPI Cetak SDM Unggul di Bidang Pertanian

        "Ke depan, generasi muda pertanian bukanlah pekerja bidang pertanian, tetapi menjadi pelaku usaha pertanian. Regenerasi petani menjadi hal yang penting dan utama sekarang ini," papar Mentan.

        Ungkapan Mentan tentang regenerasi pertanian pun berbuah manis. Stigma lulus menempuh pendidikan tinggi, meraih predikat sarjana, dan memilih dunia perkantoran sebagai tanda kesuksesan mungkin tidak berlaku bagi Mohamad Sui Saputra (23th). Pemuda asal kelahiran Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengaku bangga menyandang gelar sarjana bidang pertanian dan memilih berkarya di kampung halaman tepatnya di Desa Teruwai, Kecamatan Pucut, Kabupaten Lombok tengah dengan berwirausaha ayam kampung.

        Pengalaman wirausaha selama masa kuliah di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang makin memperkuat keinginan Sui untuk fokus menekuni sektor pertanian. Dengan berjualan ayam geprek di hari libur kuliah, Sui mampu meraih omzet Rp800 ribu s.d.1 juta rupiah per hari. Hal inilah yang mendorong Sui mengajukan diri berkompetisi mendapatkan PWMP.

        Stimulus modal sebesar Rp35 juta tersebut cukup memantik nyali sarjana pertanian dari NTB ini memulai usaha budi daya ternak ayam kampung dengan mendatangkan DOC (Day Old Chicken)  sebanyak 250 ekor ayam KUB dan 250 ekor ayam arab. "Dalam 100 ekor, dibutuhkan modal atau biaya sebesar Rp1,070 juta termasuk bibit, pakan, dan vaksin. Dipelihara selama 55 hari untuk ayam KUB dan 40 hari untuk ayam arab," ujar Sui penuh semangat.

        Membentuk kelompok usaha yang dinamakan "Sapoq Angen" bersama rekannya Iksan Wahyudi, ia mulai merintis pola kemitraan Yarnen (bayar setelah panen) yang merupakan kolaborasi dengan produsen DOC lokal UD. FT, Lombok dengan 4 orang peternak sebanyak 2000 ekor ayam KUB dan ayam arab. Sementara, Sui berperan membuatkan SOP (Standar Operasional Prosedur) budi daya dan pendampingan sampai panen, sekaligus juga sebagi avails pasarnya.

        "Pola kemitraan ini sebagai jawaban untuk merespons permintaan pasar ayam kampung yang makin melambung. Panen hasil kemitraan ini diperkirakan setelah lebaran Idulfitri nanti," kata Sui dengan nada optimis.

        Menurutnya, pelanggan atau pembelinya rata-rata mencari ayam dengan bobot 4,7-5,5 ons per ekor. Permintaan bisa mencapai 40 ekor per hari dengan pengiriman mulai dari Kota Lombok sampai ke Bali. Ia membanderolnya dengan harga mulai Rp30-Rp50 ribu per ekor dengan spesifikasi ayam kampung utuh yang sudah dipanggang.

        "Saya memanfaatkan media online untuk memasarkan ayam panggang, omzet penjualan tertinggi sampai dengan Rp10 juta per hari," tutur enterpreneur milenial dari Lombok Tengah ini. Acap kali, tawaran dari pengusaha restoran berdatangan dengan jumlah order dan harga yang cukup menggiurkan. Namun, ia mengaku ingin tetap realistis menyesuaikan kondisi stok ayam kampung yang dimilikinya.

        Hidup dan berwirausaha di kampung halaman bagi Sui tentu memberi sensasi tersendiri karena di samping bisa membuka lapangan kerja bagi warga desa sekitarnya, ia juga mengaku bisa memerankan diri dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di antaranya turut mengajari anak-anak mengaji setiap malam di masjid dekat rumahnya.

        Keberhasilan Sui merupakan sederet keberhasilan generasi milenial yang sukses di dunia pertanian. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia.

        "Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, tetapi juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian," papar Dedi. (Pusdiktan)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: