Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Direktur CERI Berani Teriak: Mana Manfaat Ahok di Pertamina? Nol

        Direktur CERI Berani Teriak: Mana Manfaat Ahok di Pertamina? Nol Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keberadaan Ahok sebagai Komisaris Utama  yang awalnya digembar-gemborkan bisa membawa perubahan proses bisnis di Pertamina akan semakin baik, ternyata tidak juga, khususnya terhadap transparansi tata cara pembelian minyak mentah, kondensat dan BBM serta LPG, untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.

        Pasalnya di berbagai forum resmi, Presiden telah mengumbar rasa kesalnya bahwa impor minyak sebagai biang kerok defisit transaksi berjalan, yang sangat memengaruhi neraca keuangan negara.

        Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources (CERI) Yusri Usman menjelaskan, belum ada pengaruh apa pun sejauh ini semenjak Ahok menjadi bagian di tubuh Pertamina.

        Baca Juga: Ahok Tanam Orang KPK, Kalau Serius Harusnya di ISC Pertamina

        "Buktinya sejak Maret harga BBM tak turun-turun, sementara di seluruh negara di dunia menurunkan harga jual BBM, jadi di mana manfaat keberadaan Ahok?" ujar Usman saat dihubungi, Kamis (6/8/2020).

        Usman menilai, Indonesia adalah negara net importir, harusnya harga minyak dunia murah menjadi berkah bagi rakyatnya yang sedang kesulitan daya beli akibat Covid-19, bukan malah jadi perdebatan kenapa harga BBM tidak turun-turun.

        "Dan yang lebih anehnya lagi, dengan struktur baru Pertamina, malah anggota dewan komisaris lebih banyak dari jumlah direksinya, kan konyol dan pemborosan," tutur Usman.

        Kondisi ini semakin diperparah oleh kinerja ISC Pertamina yang tidak profesional dan tidak transparan serta tidak mau memperbaiki tata cara tender supaya harga BBM dan minyak mentah yang murah bisa diperoleh untuk Pertamina, yaitu bisa berhubungan langsung dengan National Oil Company (NOC) dan pemilik kilang minyak di luar negeri.

        Padahal itu janji diucapkan oleh Dwi Sucipto ketika dia masih menjabat Dirut Pertamina bahwa proses bisnis di ISC akan semakin transparan dgn menganut prinsip GCG yang ketat. Istilah kerennya telah melakukan best practise.

        Maka apa yang sering digembar-gemborkan oleh Direksi dan Komut Pertamina akan bisa dianggap sebagai kebohongan publik karena ISC dalam membeli minyak mentah masih membuat sistem prosedur yang naif, yaitu masih mewajibkan menyebut nama negara dan nama lapangan minyak yang semua itu telah diijon oleh trader seperti Glencore, Trafigura, Vitol dan lainnya.

        Padahal NOC, tempat asal minyak tersebut, merupakan rekanan terdaftar juga di ISC. Contohnya NNPC, Sonangol, Adnoc, Saudi Aramco, Petronas, Socar, Petrochina dan lain-lain

        "Kalau tak percaya, silakan buka data siapa pemasok minyak paling banyak selama fungsi ISC diberikan kewenangan tunggal setelah Petral dibekukan," tantang Usman.

        Dalam struktur organisasi PT Pertamina ( Persero), fungsi ISC berada di leher Direktur Utama dan bertanggung jawab langsung ke Dirut. Dalam operasionalnya, ISC berhubungan dengan Direktorat Pengolahan/Kilang dan Direktor Pemasaran soal kebutuhan BBM.

        "Sehingga kalau ada penyimpangan yang dilakukan ISC, maka Dirut Pertamina harus ikut bertanggung jawab renteng dengan dua direktur tersebut di atas," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: