Dalam beberapa bulan terakhir, nama Maggot mendadak populer di Indonesia. Hal ini karena maggot memiliki banyak keunggulan seperti mengandung protein tinggi dan berkualitas yang dibutuhkan oleh ikan.
Selain itu, proses budi daya Maggot juga terbilang yang mudah dengan biaya produksi yang murah dan terjangkau karena media utamanya adalah sampah organik. Manfaat lain dari Maggot adalah pengolahan sampah organik yang biasanya banyak diproduksi oleh rumah tangga. Dengan diolah menjadi Maggot, sampah akan menghilang dan di saat yang sama akan menjadi makanan untuk ikan.
Baca Juga: YESS di Bone: Wakil Bupati Bone Yakin Lahir Wirausaha Petani Milenial
Peluang ini tidak disia-siakan oleh Gugus Satrio (24), generasi milenial yang merupakan alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang. Bermula saat menyelesaikan tugas akhir, Gugus Satrio memilih fokus mengkaji keunggulan Maggot bsf sebagai pakan ternak. Ternyata, dari kajian tersebut ia melihat peluang yang masih terbuka lebar untuk mengembangkan Maggot bsf tersebut sebagai potensi bisnis.
Penelitian inilah yang menjadi titik awal ia ingin fokus berwirausaha dengan membudidayakan Maggot bsf.
"Awal memulai usaha terdapat banyak kendala terutama pada bahan pakan dan tempat budi daya yang kurang memungkinkan karena terletak di kampung yang padat. Produksi Maggot pun sempat naik turun selama beberapa bulan. Lalu saya berkunjung ke tempat rekan saya Kresna Ajicaraka Efendi dan Fandika Bramantyo Widodo yang juga memelihara Maggot bsf. Di sanalaH kami berdiskusi dan memutuskan untuk bekerja sama dalam budi daya Maggot bsF," jelas Gugus.
Beruntungnya, mereka mendapatkan bantuan modal dari program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) pada tahun 2019 dan mulai merintis usaha Greedy Maggot Farm. Kini selain menjadikan peternakan Maggot, mereka telah mampu menjual Maggot bsf dalam beberapa produk, yaitu berupa telur, fresh Maggot, prepupa, pupa, dan olahan pascapanen dry Maggot, dry powder Maggot, dan juga yang akan dikembangkan adalah pelet dari bahan dasar Maggot.
Wirausaha milenial lulusan Polbangtan ini mengungkapkan walau usaha yang dirintisnya belum genap satu tahun, saat ini Greedy Maggot Farm telah mengisi pasar ikan, pasar burung, serta peternak Maggot baru di wilayah Malang dan sekitarnya.
"Untuk harga dry Maggot kami menjual di kisaran harga Rp7.000 per 50 gram dan Rp13.000 per 100 gram. Dry powder Maggot Rp8.000 per 50 gram dan Rp16.000 per 100 gram, telur Rp6.000 per gram. Sementara, fresh Maggot Rp6.000 per kg, prepupa Rp60.000 per kg, dan pupa Rp100.000 per kg nya," jelas Gugus.
Kegigihan Gugus dan kedua rekannya dalam memanfaatkan peluang yang ada merupakan bukti dari keberhasilan pendidikan vokasi pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, ada empat jurus jitu yang harus ditekankan dalam pendidikan vokasi, yakni karakter seorang petarung yang tidak mudah menyerah dan memiliki jiwa yang tangguh.
Kedua, pendidikan vokasi harus menciptakan generasi milenial yang memiliki kompetensi dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Ketiga, memiliki sifat kritis baik pada dirinya dengan lingkungan dan semua masalah yang dihadapi, tetapi tetap sejalan dengan jiwa kebangsaan. Keempat, berpikir kreatif untuk berinovasi dengan meningkatkan literasi tentang sektor pertanian, manajemen keuangan, orientasi pasar dan sarana prasarana melalui dunia digital.
Ditambahkan oleh Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, "Ciri pendidikan vokasi yang berhasil adalah lulusannya dapat diserap oleh dunia usaha dan dunia industri atau dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu, Kementan memberikan stimulus berupa bantuan modal PWMP. Gugus serta banyak penerima program PWMP telah membuktikan bahwa mereka mampu untuk mengelola usahanya dan menjadikan mereka wirausaha pertanian milenial," ungkap Dedi bangga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum