Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cuma Jet Tempur F-35 yang Bisa Bikin Hubungan Turki-Amerika Mendidih, Ternyata Ini Alasannya

        Cuma Jet Tempur F-35 yang Bisa Bikin Hubungan Turki-Amerika Mendidih, Ternyata Ini Alasannya Kredit Foto: US Air Force/Master Sgt. Donald R. Allen
        Warta Ekonomi, Ankara -

        Turki telah mengajukan permintaan kepada Amerika Serikat untuk membeli 40 jet tempur F-16 buatan Lockheed Martin dan hampir 80 kit modernisasi untuk pesawat tempur yang sudah ada. Langkah Turki ini bertujuan untuk memodernisasi Angkatan Udaranya setelah gagal membeli jet F-35.

        Dikatakan oleh sumber anonim, kesepakatan pembelian jet itu masih berjalan melalui proses Penjualan Militer Asing yang harus disetujui oleh Departemen Luar Negeri AS serta Kongres AS. Kongres AS bisa saja memblokir kesepakatan karena alasan-alasan tertentu.

        Baca Juga: Anggota Parlemen Amerika Prihatin atas Laporan Potensi Pembelian F-16 Turki

        "Sebagai masalah kebijakan, Departemen tidak mengonfirmasi atau mengomentari penjualan atau transfer pertahanan yang diusulkan sampai mereka secara resmi diberitahukan kepada Kongres," kata juru bicara Departemen Luar Negeri dilansir Reuters baru-baru ini.

        Sebelumnya, Ankara telah memesan lebih dari 100 jet F-35 yang juga dibuat oleh Lockheed Martin. Namun pada 2019 pesanan itu dihapus dari program setelah Turki mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Pembelian S-400 oleh Ankara juga memicu sanksi AS.

        Pada Desember 2020, Washington memasukkan daftar hitam kepala Direktorat Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya.

        Sejak itu AS telah berulang kali memperingatkan Turki agar tidak membeli persenjataan Rusia lebih lanjut. Namun awal Oktober lalu Recep Tayyip Erdogan mengindikasikan Ankara masih berniat membeli batch kedua S-400 dari Rusia. Keputusan ini pun menjadi sebuah langkah yang dapat memperdalam keretakan dengan Washington.

        Kegagalan membeli F-35 membuat Turki bertekad untuk mendapatkan kembali USD1,4 miliar utang dari Amerika Serikat terkait pembelian jet F-35 yang tak pernah diserahkan oleh AS kepada Turki.

        “Kami akan memperoleh kembali USD1,4 miliar dengan satu atau cara lain,” kata Erdogan kepada wartawan pekan lalu dilansir Anadolu Agency.

        Turki menekankan S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak menimbulkan ancaman bagi aliansi atau persenjataannya.

        Kemitraan puluhan tahun antara sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mengalami gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir.

        Sebab telah terjadi ketidaksepakatan tentang sejumlah masalah seperti kebijakan Suriah, hubungan yang lebih dekat antara Ankara dengan Moskow, ambisi angkatan lautnya di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank milik negara Turki, dan erosi hak dan kebebasan di Turki.

        Permintaan jet tersebut kemungkinan akan mengalami kesulitan mendapatkan persetujuan dari Kongres AS. Hal itu dikarenakan sentimen terhadap Turki telah memburuk selama beberapa tahun terakhir, terutama karena pembelian S-400 oleh Ankara dan rekam jejak hak asasi manusianya yang bermasalah.

        KTT G20 di Roma, Italia menjadi momen pertemuan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Erdogan di tengah ketegangan kedua negara. Erdogan melangsungkan pertemuan tertutup dengan Biden di sela-sela KTT G20 pada Minggu (31/10/2021). Pertahanan menjadi salah satu isu yang mereka bahas selama lebih dari satu jam pembicaraan.

        Baca Juga: Masalah Jet Tempur F-35 akan Menjadi Agenda Utama Erdogan pada Biden

        Erdogan mengungkapkan Biden menunjukkan sikap positif terkait modernisasi pesawat tempur F-16 milik Turki.

        "Masalah memodernisasi F-16 yang kami miliki atau menyediakan F-16 baru mengemuka (selama pertemuan dengan Biden). Menteri pertahanan kami mengikuti prosesnya," kata Erdogan pada awak media usai pertemuan dilaporkan laman TRT.

        Menurut Gedung Putih, dalam pertemuan dengan Erdogan, Biden menekankan kembali pentingnya Turki sebagai sekutu NATO serta kemitraan pertahanannya dengan AS. Namun, Biden pun menyampaikan keprihatinannya perihal keputusan Turki melanjutkan pembelian sistem rudal S-400 asal Rusia.

        Terkait hal tersebut, AS sudah memperingatkan bakal menjatuhkan sanksi lanjutan terhadap Turki. Wujud dari sanksi yang sudah dijatuhkan antara lain pelarangan semua lisensi ekspor AS dan otorisasi untuk Presidensi Industri Pertahanan Turki (SSB).

        AS pun membekukan aset dan menerapkan pembatasan visa terhadap Ismail Demir selaku presiden SSB. Terdapat tiga pejabat SSB lainnya yang turut menjadi target sanksi Washington.

        Sistem rudal S-400 disebut lebih unggul dibandingkan US Patriot. Para ahli percaya S-400 dapat mendeteksi dan menembak jatuh target termasuk rudal balistik, jet musuh serta pesawat nirawak (drone) hingga jarak 600 kilometer, pada ketinggian antara 10 meter dan 27 kilometer.

        S-400 dapat melesat dengan kecepatan maksimum 17 ribu kilometer per jam sedangkan US Patriot hanya 5.000 kilometer per jam.

        Baca Juga: Gak Peduli Amerika Meradang, Erdogan Tetap Borong Rudal S-400 Rusia

        Di sisi lain, pakar pertahanan Dan Gouré menulis Program Joint Strike Fighter (JSF) F-35 akan menjadi salah satu pilar perang modern. Dilansir National Interest, F-35 yang memiliki teknologi canggih menjadi salah satu faktor yang mendorong perubahan geopolitik dunia.

        Wakil presiden lembaga think-tank Lexington Institute itu mengatakan generasi kelima pesawat tempur F-22 dan F-35 menguasai pertempuran udara. Kill ratios atau kemenangan pertempuran F-35s dalam latihan baru-baru ini mencapai 15 banding 1.

        Kill ratio atau dalam bahasa formal disebut loss exchange ratio menggambarkan prestasi dalam perang terbuka. Kill ratio 15-1 artinya untuk setiap 15 pesawat yang ditembak jatuh F-35 hanya 1 pesawat F-35 yang berhasil ditembak jatuh oleh musuh.

        Sebagai pesawat tempur, F-35 dapat ditugaskan untuk misi pengintaian, manuver, perang elektronik, dan perang teknologi cerdas. Pesawat ini juga dapat diandalkan dalam penetrasi ke wilayah musuh, menghancurkan sistem pertahanan udara, serta menyerang sasaran jarak jauh dan bergerak.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: