Koalisi Gerindra-PKB Mungkin Usung Prabowo-Cak Imin, Anak Buah AHY Sebut Seperti Dipaksa Menikah
Politisi Demokrat Andi Arief menanggapi koalisi Gerindra-PKB yang sedang digagas Prabowo-Cak Imin. Menurut Demokrat, hal itu ibarat anak gadis dipaksa menikah oleh ortunya.
Diketahui, PKB menggelar pertemuan dengan Gerindra Sabtu malam (18/6) di kediaman Prabowo di Kertanegara Jaksel. Pertemuan itu terkait kerja sama politik menuju Pilpres 2024.
Baca Juga: Tingkat Kepuasan Jokowi Merosot, Siapa Sangka Mardani PKS Bilang Begini
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat Andi Arief menyebut pihaknya menghargai jalinan komunikasi mereka dan mengibaratkan anak gadis yang dipaksa menikah oleh orang tuanya.
Terkait pertemuan Prabowo dan Cak Imin, Andi Arief menyebut masih terus menjaga komunikasi dengan PKB.
Dia menilai PKB memiliki strategi tersendiri di pertarungan pilpres mendatang.
“Apakah masih perlu bertemu setelah pertemuan Prabowo-Cak Imin, saya kira tetap menjaga komunikasi minimal. Mungkin PKB ada strategi sendiri soal pilpres,” kata dia.
Dia kemudian mengibaratkan pertemuan Cak Imin ke kediaman pimpinan Gerindra itu seperti anak gadis yang dipaksa menikah oleh orang tuanya.
Baca Juga: NasDem Bela Anies Baswedan, Mungkin Saja Sedang Khilaf
“Kami menghargai itu, ibarat anak gadis, mungkin dipaksa menikah oleh orang tuanya. Ha-ha-ha…,” sambungnya.
Andi Arief juga bicara soal prinsip Demokrat dalam menjalin koalisi dengan parpol lain. Andi mengatakan akan bersungguh-sungguh ikut dalam koalisi yang berpotensi menang.
“Ada dua hal prinsip, Partai Demokrat akan cermat menjalin koalisi dengan yang bersungguh-sungguh ingin melakukan perubahan dan perbaikan pasca-Jokowi,” jelas Andi kepada wartawan, Minggu (19/6/2022).
“Partai Demokrat akan bersungguh-sungguh ikut dalam koalisi yang berpotensi menang,” katanya lagi.
Demokrat introspeksi saat elite PPP Hamzah Haz dan Agum Gumelar maju sebagai paslon di Pemilu 2004.
Baca Juga: Meski Balapan Formula E Sudah Selesai, Ternyata Jakpro Masih Punya Utang, Jumlahnya Gak Main-Main!
Andi Arief mengatakan tak akan mengulangi kejadian kekalahan itu lantaran kurang perhitungan.
“Karena tidak akan mengulangi kisah Pak Hamzah Haz dan Pak Agum Gumelar yang mendapat tiket namun tak memiliki elektabilitas sehingga kalah dalam kontestasi,” kata Andi.
“Atau kisah pasangan lain yang pernah ikut capres atau cawapres namun kalah karena kurang perhitungan,” jelasnya lagi.
Andi kemudian mengungkit syarat ambang batas pencapresan atau presidential threshold sebesar 20 persen.
Dia menyebut membuka jalan komunikasi dan menuntaskan pertemuan dengan Sekjen PKS Habib Aboe Bakar dan Sekjen PKB Hasanuddin Wahid.
Baca Juga: Grace Tegas PSI Ogah Dukung Anies, Balasan Geizs Telak: Tidak Butuh Dukungan Dari Kaum Pecundang
“Akibat PT (presidential threshold) 20 persen saat ini politik pemilu kita menjadi sumpek. Cara Demokrat membuka jalan dalam sistem yang sumpek ini. Agenda pertama, menuntaskan pertemuan 3 sekjen, PKS, Demokrat, dan PKB,” jelasnya.
“Tepatnya menuntaskan ajakan PKS dan PKB untuk bersungguh-sungguh dalam membuka koalisi. Karena rakyat menonton ini,” katanya.
Poin kedua, pihaknya juga akan bermanuver dengan Gerindra dan NasDem. Bahkan tak menutup kemungkinan akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, PAN, PPP.
“Kedua, memperluasnya dengan partai-partai lain, termasuk dengan Gerindra dan NasDem, misalnya. Bahkan terbuka buat KIB yang beberapa pimpinan partainya sudah menjalin komunikasi,” katanya.
Namun dia menyebut belum menjalin komunikasi dengan PDI Perjuangan (PDIP) terkait Pilpres 2024.
“Partai Demokrat hanya belum berkomunikasi formal dengan PDIP. Mungkin belum ketemu saja momentumnya,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar