Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tantangan Awal Aruna dan Nafas Membangun Bisnis Berkelanjutan di Indonesia

        Tantangan Awal Aruna dan Nafas Membangun Bisnis Berkelanjutan di Indonesia Kredit Foto: Bayu Murhadianto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sebagai upaya menghadirkan manfaat luas dan jangka panjang mulai dari aspek lingkungan, kesehatan, sosial, hingga ekonomi, sustainabilty buisness atau bisnis berkelanjutan jadi hal yang dipegang oleh Aruna dan Nafas dalam menjalankan bisnisnya.

        Tujuan menghadirkan manfaat luas itu punya tantangan sendiri khususnya saat awal memulai bisnis, hal inilah yang disampaikan Chief Sustainabilty Officer Aruna Utari Octavianty.

        Baca Juga: Demi Tekan Biaya, Pos Indonesia Kampanyekan Transformasi Bisnis Kurir dan Logistik

        Industri Tidak Populer

        Sebagai start up yang bergerak di bidang perikanan, Aruna menurut Utari di awal menjalankan bisnis harus menghadapi sejumlah tantangan.

        “Pertama dari sisi industri perikanan, industri ini bukan industri populer,” ujar Utari saat bincang di sesi Digital Forces of Sustainability dalam acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2023 ke-12 di Grand Ballroom Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Rabu (11/10/23) lalu.

        Menurut Utari, tak populernya industri perikanan di Indonesia berimplikasi pada infrastruktur pendukung Industri tidak banyak.

        Ia mencontohkan saat pihaknya membuat aplikasi untuk masyarakat nelayan, maka tantangannya adalah infrastruktur penunjang internet belum bisa diakses oleh para nelayan.

        “Dulu waktu kita datang ke nelayan kita bilang ini ada aplikasi untuk membantu jualan, kebanyakan nelayan pasti menolak karena mereka pikir apa yang bisa mereka lakukan juga dengan aplikasi itu,” jelasnya.

        Masalah selanjutnya saat periode awal Aruna menurut Utari adalah masalah kualitas. Utari mengungkapkan nelayan punya mindset menangkap ikan banyak berarti mereka akan memiliki banyak pendapatan.

        Utari mengungkapkan hal itu tak sepenuhnya tepat terlebih jika dikaitkan dengan konsep keberlanjutan yang perlu ditinjau bagaimana cara nelayan menangkap ikan-ikan tersebut. Salah metode penangkapan, lanjut Utari, maka ekosistem laut yang merupakan tempat mereka bekerja sehari-hari akan terdampak. Belum lagi kualitas ikan tangkapan yang buruk jika ditangkap dengan cara yang salah.

        Tantangan selanjutnya yang Aruna hadapi di periode awal menurut Utari adalah mengintegrasikan digitalisasi dengan para tokoh di industri perikanan.

        Hal ini menjadi tantangan karena menurut Utari mengenalkan sebuah aplikasi kepada tokoh kunci yang ada di kalangan nelayan butuh usaha lebih mengingat mereka masih sangat tradisional secara kehidupan.

        Baca Juga: Sosial Media dan SEO Beri Pengaruh Positif Terhadap Pertumbuhan Bisnis

        “Kita mesti memperkenalkan industri ini dari awal banget, karena industri ini beda, misalnya industri tambang atau transportasi itu industri yang sudah dikenal. Kalau misalnya di perikanan key-key playersnya itu masih sangat tradisional, sehingga mendigitalisasi ini perlu usaha ekstra,” ungkapnya.

        Meningkatkan Kesadaran Soal Kualitas Udara

        Sementara itu, Co-Founder Nafas Piotr Jakubowski mengungkapkan Nafas sebagai start up yang fokus pada kualitas udara menghadapi sejumlah tantangan di periode awal pendirian. Menurut Piotr, memperluas data dan membangun jaringan jadi salah satu tantangan di awal Nafas berdiri, kini Nafas hadir di 15 kota dan hampir 200 titik.

        Baca Juga: SKB Food Tenawarkan Bisnis Kemitraan dan Lisensi Mulai dari Rp28 Juta di FLEI 2023

        Tantangan selanjutnya yang Nafas hadapi adalah berkaitan dengan timing pendirian yang tidak mendukung berkembangnya perusahaan.

        “Kita mulai Januari 2020 jadi timingnya kurang bagus untuk bangun perusahaan baru, karena beberapa bulan ke depan kita masuk pada Pandemi,” ungkapnya di acara yang sama.

        Piotr mengungkapkan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas udara juga jadi tantangan yang Nafas hadapi. Kesadaran masyarakat pada masalah yang pada dasarnya tak terlihat (polusi) menurut Piotr belum begitu terlihat di beberapa tahun ke belakang.

        Saat ini dengan masifnya kampanye kesadaran soal polusi yang salah satunya Nafas suarakan, kesadaran masyarakat sudah terbangun.

        “Meningkatkan awareness tentang masalah tak terliat (polusi) sampai akhirnya akhir-akhir ini we already know we have,” kata Piotr.

        “Pas anak kita masuk rumah sakit karena batuk berminggu-minggu itu meningkatkan kesadaran bahwa this is actually big problem,” ungkapnya.

        Eks Direktur Marketing Gojek itu pun membagikan pengalaman saat Gojek sempat dibanned oleh pemerintah saat ramai penolakan dari pengelola transportasi konvensional. Menurutnya salah satu yang jadi masalah start up saat ini adalah ketika inovasi tetapi belum bisa dinaungi oleh kebijakan yang ada.

        “Tantangannya bagaimana kita beradvokasi kepada pemerintah untuk menjelaskan bahwa teknologi bisa meningkatkan impact, ekonomi dengan cara cepat,” ungkapnya.

        Komitmen Pemerintah Terhadap Agenda Sustainability

        Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan dalam pembukaan Indonesia Sustainability Forum (ISF) pada September 2023 mengungkapkan pertumbuhan berkelanjutan dan agenda keberlanjutan secara umum merupakan solusi atas masalah utama generasi saat ini yaitu perubahan iklim.

        Baca Juga: Bisnis Gadai Semakin Prospektif, Autopedia Sukses Lestari Suntikan Dana Segar ke Anak Perusahaan

        “Pertama dan terpenting, komitmen Indonesia dalam menyelesaikan agenda Sustainability atau Keberlanjutan. Seperti kita ketahui bersama, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero pada tahun 2060. Namun, sepanjang perjalanan dekarbonisasi dan pengalaman kemitraan, kami menyadari bahwa setiap negara berbeda, dan oleh karena itu kami perlu memupuk kolaborasi berdasarkan rasa saling menghormati dan percaya,” ungkap Luhut dikutip dari laman maritim.go.id, Minggu (15/10/23).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: