BI Sebut Digitalisasi Ekonomi Seperti Dua Sisi Mata Koin, Ini Alasannya!
Saat ini perkembangan teknologi berbasis digital berpengaruh pada perubahan drastis pada kehidupan masyarakat. Ada tiga perubahan dalam konteks perkembangan teknologi digital. Pertama, revolusi digital mengubah perilaku transaksi ekonomi di masyarakat dan kedua proses digitalisasi yang berkembang pesat telah mengubah secara mendasar kegiatan di berbagai bidang, salah satunya aspek ekonomi. Terakhir, yang paling krusial yakni data menjadi kunci dalam mengintegrasikan ekonomi dan keuangan digital.
Menurut Asisten Gubernur Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, digitalisasi, khususnya di bidang ekonomi, merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi, mengingat dampak pandemi yang melibas semua sektor, salah satunya perekonomian. Dia menyebut jika sektor ekonomi saat itu dibantu oleh kemajuan digitalisasi yang sedang gencar-gencarnya berkembang.
Baca Juga: Berdayakan UMKM Indonesia, SME DigitalFest 2024 Tekankan Pentingnya Transformasi Digital
“Kita bersyukur pas pandemi kemarin kita punya digital payment, e-commerce, dan sebagainya. Tanpa itu mungkin sangat susah,” ucap Erwin dalam acara seminar Mewujudkan Kedaulatan Digital Indonesia: Bersinergi Membangun dan Memperkokoh Digitalisasi Negeri yang digelar oleh Warta Ekonomi, Kamis (30/7/2024)
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa digitalisasi bagaikan dua sisi mata koin yang mengandung dua isu kontradiktif. Satu sisi digitalisasi adalah manfaat yang luar biasa bahkan keniscayaan. Namun di sisi lain digitalisasi menyembunyikan bahaya yang luar biasa.
Salah satu contohnya adalah judi online, pinjaman online, dan minimnya kesadaran privasi data atau keamanan siber.
“Dulu kita enggak kepikir judi online. Ada juga pinjaman online atau pinjol. Kita juga belum punya kedewasaan tentang data. Edukasi kita tengang cybercrime dan cybersecurity masih sangat rendah,” jelasnya.
Atas hal tersebut, dia menawarkan solusi bahwa Indonesia tidak hanya membahas kedaulatan digital saja, melainkan juga kredibilitas digital yang jika dikelola dengan baik, maka bisa menghasilkan inklusi keuangan.
“Kita sedang ancang-ancang memperbarui digital rupiah. Itu sebutnya CDBC atau Central Bank Digital Currency, atau dalam bahasa kita rupiah digital,” ujarnya.
Senada dengan Erwin, Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, mengamini bahwa Indonesia kini sudah memasuki ekonomi digital. Dengan ekonomi digital, sektor perekonomian negara bisa ‘terselamatkan’ ketika pandemi dengan ekonomi digital.
Di sisi lain dia juga memaparkan perihal pentingnya isu kedaultan digital. Agar tidak menjadi ‘pasar’ semata, maka isu kedaulatan digital harus lebih diperhatikan salah satunya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) agar digitalisasi makin berkembang pesat dan positif.
Baca Juga: Berdayakan UMKM Indonesia, SME DigitalFest 2024 Tekankan Pentingnya Transformasi Digital
“Ada beberapa pilar dari ekonomi digital. Yang sangat krusial adalah SDM. Nah kita punya SDM yang seperti apa? Meskipun nanti ada bonus demografi segala macem, tapi kalau orang-orangnya, Gen Z, milenialnya enggak ngerti digitalisasi dan nggak memanfaatkannya secara positif, yang terjadi bukan bonus tapi beban,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: