Ekspektasi Buyar hingga Mogok Kerja Picu Menguatnya Dolar AS, Akankah Berlanjut?
Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan pada penutupan perdagangan Jumat (1/11/2024). Kenaikan ini didorong oleh perlambatan tajam dalam pertumbuhan lapangan kerja sampai pemogokan pekerja dalam sektor kedirgantaraan dari AS.
Senior Strategist Mesirow Chicago, Uto Shinohara menyatakan bahwa indeks dolar mengalami pemulihan penuh setelah data ketenagakerjaan negara tersebut disebarkan ke publik.
Baca Juga: Menteri ESDM Tepis Tudingan Amerika Ada Kerja Paksa di Hilirisasi Nikel RI
“Indeks dolar telah sepenuhnya pulih sejak data dirilis,” ujarnya dilansir Senin (4/11).
Pasar kini fokus pada ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS yang diperkirakan akan berlangsung ketat dan berpotensi memperburuk volatilitas pasar. Di samping itu, Federal Reserve dijadwalkan mengadakan pertemuan hanya beberapa hari setelah pemilu, yang bisa memberikan kejutan tambahan.
Ekspektasi untuk pemotongan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin bulan ini meningkat sebagai respons terhadap laporan pekerjaan yang lebih rendah dari perkiraan. Euro turun 0,4% terhadap dolar ke level US$1,084, sementara indeks dolar—yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya—naik 0,36% menjadi 104,24.
Adapun Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatatkan penambahan lapangan kerja nonpertanian hanya sebesar 12.000 pekerjaan, jauh di bawah ekspektasi yang semula mencapai 113.000. Untuk bulan September, revisi menunjukkan penambahan 223.000 pekerjaan. Hal ini mempertegas adanya perlambatan tajam di Oktober.
Meskipun demikian, tingkat pengangguran tetap stabil di angka 4,1%. Hal ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja AS masih memiliki kekuatan meskipun sempat terganggu oleh Badai Helene dan Badai Milton serta pemogokan 41.400 pekerja dari Boeing dan Textron.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: