
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (ASAKI) mendesak pemerintah segera mengeluarkan keputusan terkait perpanjangan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) demi menjaga daya saing industri keramik nasional.
Sejak Januari 2025, harga gas pipa untuk industri keramik ditetapkan sebesar US$9,12 per MMBTU, namun hanya berlaku untuk 54% dari total pemakaian gas. Jika pemakaian melebihi batas tersebut, harga gas melonjak drastis menjadi US$16,7 per MMBTU.
Ketua ASAKI, Eddy Suyanto, menilai harga tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, yang masing-masing menetapkan harga gas sekitar US$10 per MMBTU. Padahal, kedua negara tersebut merupakan pengimpor gas, sementara Malaysia sebagian besar mengimpor gas dari Indonesia.
Baca Juga: HGBT Belum Jalan, Daya Saing Industri Anjlok, Asosiasi Desak Bahlil
"Sebuah angka untuk harga gas yang sangat teramat mahal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang berkisar di USD10/MMBTU, notabene mereka adalah pengimpor gas dan khususnya Malaysia sebagian besar impor gas dari Indonesia," ujar Eddy kepada Warta Ekonomi, Minggu (24/2/2025).
Ia menegaskan bahwa industri keramik nasional tidak mampu berproduksi dengan harga gas setinggi itu. Jika tidak ada kebijakan yang mendukung, industri ini akan kesulitan bersaing di pasar global.
Baca Juga: Soal HGBT, Bahlil Sebut Sudah Ditetapkan, Tapi Industri Kok Masih Terima Harga Normal?
"Perpanjangan HGBT sangat penting untuk industri keramik, karena memberikan kepastian hukum dan menjaga iklim investasi di Indonesia baik di mata pemain lokal maupun pemain asing," tambahnya.
Sejak 2021 hingga 2025, industri keramik telah menarik investasi baru sebesar Rp25 triliun, dengan tambahan kapasitas produksi mencapai 120 juta meter persegi. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi impor keramik dari China dan India. Namun, jika harga gas tetap tinggi, keberlanjutan investasi tersebut bisa terancam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri