WE Online, Jakarta - Harga minyak dunia yang terus turun membuat PT Sugih Energy Tbk (SUGI) memutuskan untuk lebih fokus ke bisnis gas yang dimilikinya. Perseroan sendiri mempunyai sumur gas yang terdapat di Lemang, Jambi, dan Selat Panjang, Riau.
Tercatat, lokasi cadangan gas milik perseroan berada ?di Selat Panjang sebanyak 188 miliar kaki kubik (billion cubic feel/bcf) dan Lemang sebanyak 411 bcf. Pada tahun ini perseroan menargetkan penjualan gas lebih dari 10 MMSCFD.
Direktur Utama Sugih Energy Riyanto Soewarno mengatakan selain penurunan harga minyak dunia, faktor lain yang membuat perseroan mengubah alur bisnisnya ke gas karena biaya produksi gas lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi minyak. Pasalnya, dalam memproduksi minyak perusahaan harus mengeluarkan dana sebesar US$ 25 per barel, sedangkan harga minyak saat ini di level US$ 26,6 per barel. Sementara itu,?biaya produksi gas hanya sebesar US$ 20 per barel.
"Untuk Sugih karena harga minyak di bawah US$ 30 per barel tentu kita akan lebih banyak bisnis dengan gas. Gas jauh lebih kecil biayanya. Sambil menunggu harga minyak membaik kita memproduksi gas. Ini akan jauh menguntungkan dalam kondisi seperti sekarang. Karena cost per million metric British thermal unit (MMBTU) untuk gas itu masih di bawah US$ 20, itu masih lebih menarik kalau kita bisnis gas di kondisi sekarang," terangnya di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Meski begitu, perseroan menyatakan akan tetap meneruskan bisnis minyaknya. Hal ini didasarkan oleh optimisme perseroan bahwa sewaktu-waktu harga minyak dunia akan kembali membaik sehingga perseroan juga mempersiapkan diri dalam menyambut kenaikan tersebut.
"Saya punya keyakinan ada satu titik balik nanti. Apakah kita akan membiarkan harga minyak di bawah 20 dolar? Mungkin tidak. Justru saya sekarang berpikir bagaimana kalau besok harga minyak naik kita siapkan enggak?untuk mengejar dan mempersiapkan itu? Dengan minyak turun kita sudah prepare dengan gas tadi," ujarnya.
Dalam hal ini perseroan akan melakukan analisis agar mengetahui betul-betul potensi lapangan minyak yang dimiliki sehingga bisa seefisien mungkin dalam melakukan produksi minyak.
"Kalau harga minyak naik apa, kita siap untuk meraih peluang awal perubahan harga itu karena semua perusahaan dengan harga minyak turun mereka slow down, tapi saat naik itu yang harus kita persiapkan cepat karena minyak tidak seperti gas. Kalau kita mau meluncurkan kembali banyak yang harus dihitung tentu cost, kalau terlalu cepat kita akan kelabakan," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: