Temu usaha dan diskusi antara jejaring komunitas penghasil dan pembeli produk hutan Indonesia merupakan bentuk nyata upaya untuk mendorong pemakaian karya hutan Indonesia dan mendekatkan hutan ke kehidupan sehari-hari seluruh masyarakat.
Temu usaha berjudul "Pesona Hutan" merupakan upaya kreatif untuk mempertemukan kelompok petani, komunitas adat, dan usaha desa dari seluruh nusantara dengan puluhan calon pembeli, penyalur, dan berbagai pihak baik lokal maupun internasional yang dapat membantu meningkatkan kapasitas.
Pesona Hutan diselenggarakan pada tanggal 7 September 2016 di Gedung Sonokeling, Manggala Wanabakti, sebagai bagian dari Festival Rakyat PeSoNa (Perhutanan Sosial Nusantara) bertema Saatnya untuk Rakyat yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen-LHK) RI.
Salah satu pendiri Gerakan Hutan Itu Indonesia, Gita Syahrani, menjelaskan hutan Indonesia menghasilkan berbagai karya yang memiliki nilai ekonomi, baik itu berupa kerajinan tangan, bahan kuliner, maupun keindahan hutan yang menjadi daya tarik ekowisata.
"Kita perlu mempromosikan karya-karya ini bukan saja ke mancanegara, tapi juga kepada masyarakat Indonesia supaya hutan kita semakin dicintai semua orang," katanya dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Disampaikan, temu usaha ini merupakan hasil kolaborasi erat antara Gerakan Hutan Itu Indonesia dengan KLHK RI dan UNDP Indonesia dengan dukungan dari Kedutaan Besar Norwegia.
Melalui acara ini, imbuhnya, diharapkan akan ada semakin banyak dukungan untuk masyarakat penghasil produk hutan yang lestari dan semakin banyak orang dapat menikmati karya hutan, seperti madu, mentega, sirup bunga hutan, kopi, aren, kain tenun yang dibuat dengan pewarna alam, kerajinan, dan tempat-tempat ekowisata.
"Dengan aksi sesederhana membeli dan mempromosikan produk hutan yang dihasilkan dengan lestari, kita telah membantu melindungi hutan yang merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang paling berharga. Kita semua bisa melakukan sesuatu untuk hutan Indonesia," ujarnya.
Selain diskusi, Pesona Hutan juga akan melakukan speed networking antar-jejaring produsen dan pembeli, lelang hasil karya hutan, serta menyajikan makanan dan minuman yang menggunakan produk hutan. Untuk menindaklanjuti acara temu usaha ini, suatu katalog digital telah dibuat di Facebook untuk menjadi platform promosi dan jejaring lebih lanjut dari karya-karya hutan Indonesia tersebut.
"Kami sangat bangga bisa memperkenalkan sarung Orang Kajang yang biasa kami pergunakan untuk keperluan adat di desa kami pada acara ini," tutur Ian Sardi, perwakilan Masyarakat Adat Kajang, Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukamba, Sulawesi Selatan.
Sarung ini dibuat dari benang dan kapasa, sebuah tumbuhan kapas yang sudah langka, dan dipercantik dengan pewarna alam yang dihasilkan sesuai dengan perhitungan hari tradisional yang disebut a'nyila.
"Kami berharap acara ini bisa menjadi pintu bagi kami untuk mempromosikan karya desa kami kepada masyarakat luas," kata Ian.
Komunitas penghasil produk hutan yang hadir di Pesona Hutan mencakup Hutan Nagari Koto Baru dan Hutan Nagari Simancuang, Pasundan Coffee, Kelompok Tani Lurang Basuang, Masyarakat Adat Baduy, Hutan Nagari Lubuk Alung dan Hutan Nagari Sungai Buluh, Pusat Koperasi Madu Hutan Kapuas Hulu, dan Masyarakat Adat Sungai Utik.
Jejaring penyalur, pembeli, dan pendukung peningkatan kapasitas yang akan hadir termasuk Green Indonesia, The Goodlife, Beyond Treats/Beyond Meals, Javara, Kemchick, dan Kupu Kopi, serta perwakilan negara-negara sahabat.
"Dengan kolaborasi dan partisipasi begitu banyak pihak akan semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati karya-karya hutan Indonesia dan menyadari pentingnya hutan untuk kita semua," tutup Gita.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement