Kebijakan Pemerintah mencari pinjaman jagung pakan untuk membantu peternak ayam layer (petelur) mandiri, tidak akan menganggu iklim investasi seperti yang dikhawatirkan sebagian kalangan.
Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia, Ali Agus DAA, menilai langkah Kementerian Pertanian (Kementan) ini adalah sesuatu yang sangat wajar. Menurutnya kebijakan ini justru perlu dilakukan sebagai langkah manajemen operasi dan stok dari sebuah industri.
"Misalnya begini, ayam belum makan, makannya jagung. Jagungnya kalau ada digunakan kalau tidak ya pinjam dari tetangga. Itu kan namanya manajemen stok. Saya kira iklim investasi akan tetap sehat karena langkah ini jangka pendek. Kalau perlu kita apresiasi," ujar Ali, Jumat (30/11/2018).
Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) ini menilai, banyak faktor yang membuat Kementan mengambil kebijakan pinjam jagung dari pihak swasta. Salah satunya adalah faktor cuaca yang berakibat pada hasil panen raya. Maka peminjaman jagung menjadi pilihan, terutama untuk membantu peternak mandiri.
"Jadi kalau menurut saya, ini adalah solusi yang pahit. Bahkan bagi industri pakan juga pahit, karena biasanya jagung murah, sekarang sulit. Tapi tolong juga dipikirkan peternak yang kecil-kecil ini," katanya.
Kebijakan pinjam, kata Agus, merupakan hal biasa yang dilakukan di negara penghasil ternak seperti China dan Vietnam. Di sana, ketika panen raya berlangsung dan hasilnya melimpah ruah, maka keputusan yang diambil adalah ekspor.
"Sebaliknya kalau hasil panen rayanya kurang mereka beli alias impor, atau piniam. Kan sebenarnya ini hukum perdagangan internasional yang logis. Jadi saya kira tidak perlu alergi lah sama pinjam atau impor", katanya.
Agus menambahkan, banyak pihak tidak sadar jika menyimpan stok dengan skala besar juga membutuhkan biaya yang cukup besar.
"Nyimpen jagung dengan skala besar itu membutuhkan biaya lho. Kemudian belum tentu juga kualitasnya tetap. Bisa saja rusak atau malah tidak bagus sama sekali," katanya.
Andi, Peternak Ayam Mandiri dari Kelompok Sarana Satwa yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional, pun merasakan manfaat dari bantuan jagung pinjaman yang diupayakan Pemerintah.
Sejak didistribusikan dua pekan lalu, Andi langsung memanfaatkannya dan berhenti membeli jagung pakan di pasar.
"Stok jagung pakan aman. Dua pekan lalu bantuan dari Kementan ada 96 ton. Sekarang mulai sedikit karena kita pakai. Sudah ajukan agar dikirim lagi 100 ton, untuk dipakai selama 2 minggu ke depan," katanya.
Peternak Ayam Layer UMKM PPN di Sukabumi, Roby Cahya juga sempat kesulitan dalam mendapat jagung di pasar. Jagung bantuan dari pemerintah, segera menjadi solusi di saat-saat sulit yang dihadapi peternak. Saat ini harga jagung pakan di Sukabumi mencapai Rp5.800,-.
"Jadi tidak benar itu yang mengatakan bahwa harga jagung sudah mencapai Rp6.000. Itu bohong," katanya.
Roby berharap, pemerintah segera mengirim kembali bantuan jagung berikutnya, agar peternak tidak membeli dengan harga tinggi.
"Dengan begitu, harga jagung akan terkoreksi karena permintaan turun," ujarnya.
Seperti diberitakan, dua pekan lalu (11/11/2018) Pemerintah melalui Kementan bergegas mengambil langkah menanggulangi keluhan para peternak atas kebutuhan bahan pakan ternak terutama jagung. Di beberapa wilayah terutama Pulau Jawa, Kementan mengawal langsung pendistribusian jagung kepada para peternak.
Pengalokasian distribusi jagung yang diberikan untuk Provinsi Jawa Barat total berjumlah 500 ton. Dari total tersebut akan disalurkan secara bertahap. Tahap awal masing-masing sekitar 100 ton untuk Kabupaten Cianjur Dan Kabupaten Sukabumi.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif mengatakan, gerak cepat ini dilakukan agar peternakan kecil tidak mati dan mengganggu stabilitas produk unggas. Sehingga para peternak merasakan kehadiran Pemerintah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: