Kepala Dinas Pertanian Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Janter Marbun menyatakan, petani jagung di wilayahnya menikmati hasil panen raya karena harga jual yang tinggi.
Jagung mereka diserap dengan baik oleh pedagang pengumpul, pabrik Caroen Pokphan, Japfa, maupun masyarakat sendiri untuk pakan ternak ayam mereka. Alhasil, mayoritas petani pun mengaku ketagihan untuk menanam jagung.
"Mereka ini semula menanam cabe, tomat, kol kentang, atau produk horti lainnya, namun semenjak harga kurang, beralih. Pembeli memberi harga sekitar Rp4.500-Rp5.000 per kg jagung pipil kering untuk kadar air sekitar 26%. Harga sekarang membaik dibanding 2017 lalu yang hanya sekitar Rp2.500-Rp2.700 per kg. Sejak 2017 akhir, kami memang operasi pasar, tampung jagung dengan harga Rp3.150 sesuai Permendag No.47/ 2017, sehingga ketersediaan jagung di pengumpul berkurang. Sejak saat itulah mulai ada peningkatan harga," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (31/1/2019).
Tahun lalu, total luasan tanam jagung di Humbang Hasundutan yang terdiri dari 10 kecamatan mencapai 12.000 hektare dengan produksi rata-rata sekitar 5 ton hingga 7 ton per hektare. Saat ini, Dinas Pertanian Humbang Hasundutan sedang mengupayakan alokasi bibit premium, seperti Pioner, NK, biosit, bisi18, serta fasilitas dryer vertikal untuk meningkatkan produktivitas petani.
Ditambahkan, pemkab sendiri selama ini memprioritaskan sektor pertanian, mengingat Humbang Husundutan memiliki luasan lahan, kesuburan tanah, dan curah hujan yang besar. Dukungan pemkab dalam bentuk beragam program mulai dari LTT (luas tanam tambah), sergap (serapan gabah), Upsus Pajale (upaya khusus padi, jagung dan kedelai), serta melalui BUMD Mumbang Argo yang siaga menyerap jagung petani.
Juga penyediaan saprodi, alsintan, dan traktor, serta pendampingan dari Babinsa. Dukungan lain yang diberikan berupa KUR dari BNI dengan plafon maksimal Rp25 juta per orang dan bunga 0,3% per bulan, yang dibayarkan pada bulan keenam atau setelah masa panen.
Ketua Gapoktan Makmur Desa Tapiannauli, Kecamatan Lintongnihuta, Maruab Sihombing mengakui selama ini petani telah menikmati hasil tanam jagung. Sebelumnya mereka menanam cabai dan kol, namun modal dan waktu tanamnya lebih besar.
"Kami sangat terbantu program tanaman jagung. kami sering mengalami kegagalan di tanaman lain. Kalau ditanya masih mau nanam jagung? Mau sekali karena kami sudah menikmati hasilnya. Semoga ke depan hasilnya bisa untuk menyekolahkan anak. Kami juga sedang coba tumpang sari dengan jeruk dan kopi karena bunganya sangat mendukung ternak lebah madu dan bunga tanaman kopi, seperti bunga jagung juga sangat mendukung ternak madu, di sisi lain penyerbukan juga butuh lebah, jadi saling mendukung," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: