Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Simak Kisah Berdirinya Forever 21

Simak Kisah Berdirinya Forever 21 Kredit Foto: Corporate Bytes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bagi penggila fesyen, ritel pakaian asli Amerika Forever 21 tentu sudah tak asing lagi. Menawarkan model pakaian yang stylish, namun dengan harga ramah di kantong, membuat merek ini dicintai anak-anak muda di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Pahlawan di balik berdirinya Forever 21 ternyata bukan orang asli Amerika, melainkan pria asal Korea Selatan yang sama sekali tak bisa berbahasa Inggris awalnya.

Pria itu bernama Do Won Chan, pemilik sekaligus CEO Forever 21. Ia mulai membangun perusahaan ini bersama sang istri saat pindah ke AS tahun 1981.

Baca Juga: Pendiri Forever 21 Kehilangan Status Miliarder, Bangkrut?

Pasangan itu berjuang berdua. Tak pandai berbahasa Inggris menjadi salah satu kendala mereka tinggal di negeri orang. Namun, dengan penuh semangat, mereka terus belajar sambil bekerja mengumpulkan modal untuk mendirikan usaha.

Do Won Chang harus bekerja selama 19 jam dalam sehari di beberapa tempat sekaligus, sebagai penjual kopi sampai petugas pom bensin.

Semua itu mereka lakukan secara giat, hingga akhirnya bisa mengumpulkan uang sebesar Rp146 juta. Dari dana yang terkumpul tersebut, mereka akhirnya membuka toko pakaian dengan label Fashion 21.

Pada tahun pertama buka, tokonya mampu mendapatkan keuntungan hingga Rp9,3 milliar. Rahasia keberhasilannya adalah ia membeli secara wholesale dan mendapatkan barang-barang langsung dari perusahaan manufaktur dengan diskon besar.

Baca Juga: Bos H&M Dinobatkan Jadi Orang Terkaya Swedia, Simak Kisah Hidupnya

Setelah berhasil pada tahun pertama, mereka membuka cabang tiap 6 bulan sekali dan berganti nama menjadi Forever 21. Saat ini pun Do Won dan istrinya memiliki 43 ribu karyawan di 790 toko yang tersebar di 48 negara.

Namun, sayangnya kini mereka kehilangan status sebagai miliarder. Lantaran saat ini kekayaan mereka masing-masing hanya sekitar US$800 juta atau sekitar Rp11,3 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: