Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

(Mencoba) Mengenal Mereka yang Tak Bernama

(Mencoba) Mengenal Mereka yang Tak Bernama Kredit Foto: Shutterstock

Sehari-hari Rani tinggal dan dirawat di Griya PMI Peduli yang berada di bawah naungan kerja Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Solo. Di sana, Rani berbagi tempat tinggal dengan 98 ODMK lainnya, yang terdiri dari 55 pria dan 43 wanita. Sementara itu, bagi pada ODMK yang berusia lanjut oleh Griya PMI Peduli ditempatkan secara terpisah di Griya Bahagia agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif dan sesuai.

"Mereka ini enggak ada yang diketahui asal-usulnya. Bahkan, nama saja kami hanya memanggil sesuai pengakuan mereka masing-masing. Enggak ada data atau identitas sama sekali. Rata-rata mereka ini ditemukan petugas (Griya PMI Peduli) dari jalanan," kata Triana.

"Enggak bawa apa-apa. Enggak punya apa-apa. Ada juga mereka yang ke sini dulu diantar keluarganya dan tidak pernah lagi dijenguk sama sekali sampai detik ini. Mereka ini semua tanpa nama, tanpa data-data pribadi, karena memang enggak ada yang mau kenal sama mereka. Mereka ini sengaja dibuang oleh masyarakat, bahkan oleh keluarganya sendiri karena malu punya keluarga seperti mereka (ODMK)," tutur Triana.

Sebagai informasi, Griya Schizofren merupakan sebuah komunitas kecil yang didirikan pada tahun 2012 lalu oleh beberapa mahasiswa jurusan sosiologi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo. Sejak didirikan, Griya Schizofren memang concern pada berbagai kegiatan pendampingan terhadap ODMK dengan pendekatan sosial kemasyarakatan. Namun karena keterbatasan personel, Tria dan teman-temannya di Griya Schizofren memilih fokus untuk melakukan pendampingan pada para ODMK di Griya Rumah Peduli.

"Apakah (Griya Schizofren) enggak buka 'cabang' di tempat lain, di panti-panti ODMK lain di luar Kota Solo atau malah luar Jawa? No. Dengan banyak tempat kami khawatir justru apa yang kami lakukan nanti jadi tidak maksimal. Di tempat lain harapannya agar ada orang atau pihak lain yang juga bergerak. Soal apa yang perlu dilakukan dan sebagainya, kita bisa bekerjasama," tutur Tria.

Memanusiakan

Sembari menyeruput segelas milkshake di salah satu kedai tongkrongan mahasiswa di Kawasan UNS Solo, Triana mengisahkan awal mula dirinya terpikir mendirikan Griya Schizofren. Saat itu di sebuah angkringan di dekat kosan tempat dia tinggal, Triana sedang mengantre membeli takjil untuk persiapan berbuka puasa.

"Saat itu Bulan Ramadhan. Tapi kok ada satu orang yang makan duluan. Saya tanya ke tukang angkringannya, kok itu sudah ada yang adzan (berbuka) duluan? Dijawabnya 'nggak usah digagas (digubris) mbak, wong kuwi kan edan (kan itu orang gila).' Jawaban itu ngena banget di saya karena bagaimana pun kan mereka itu juga manusia. Sama dengan kita. Pengin dimanusiakan juga. Siapa sih orangnya yang suka ketika tidak digubris, tidak di-orang-kan oleh orang lain? Nggak ada," ungkap Triana.

Berbekal keprihatinan tersebut, Triana beserta beberapa teman dari Griya Schizofren mulai melakukan berbagai kegiatan, yang sebagian besar di antaranya dalam bentuk berinteraksi secara sosial dengan para ODMK. Triana juga bersyukur bahwa idenya tersebut mendapat support dari Griya PMI Peduli sebagai 'tuan rumah' tempat para ODMK ini tinggal dan menghabiskan waktunya sehari-hari.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: