Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bikin Bergidik! Dolar AS Sekarat, Rupiah Hampir Koit!

Bikin Bergidik! Dolar AS Sekarat, Rupiah Hampir Koit! Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Di tengah perdebatan tersebut, pelaku pasar menjadi sangat cemas dan seolah bersiap diri untuk menerima kemungkinan terburuknya. Hal itu nampak melalui aktivitas perdagangan pasar spot yang diwarnai oleh teknana jual. 

Bahkan, mata uang sekelas dolar AS pun tak luput dari sasaran. Pagi ini, mata uang Paman Sam bergerak sekarat dan terkoreksi di hampir semua mata uang, termasuk dolar Australia, euro, poundsterling, dolar New Zealand, dolar Kanada, dan franc.

Baca Juga: Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Kena Karma!

Dolar AS juga tertekan oleh mayoritas mata uang Asia, kecuali yen. Pasukan mata uang Asia yang memborbardir dolar AS di antaranya adalah yuan, dolar Hong Kong, won, dolar Singapura, baht, dan dolar Taiwan.

Baca Juga: Bravo! Rupiah Bikin Dolar AS dan Mata Uang Dunia Melongo!

Tak jauh berbeda dengan dolar AS, nasib rupiah juga sama terpuruknya. Dibuka stagnan pada level RpRp14.035 per dolar AS, rupiah sempat tertekan signifikan hingga ke level Rp14.041 per dolar AS. Sekitar pukul 10.20 WIB tadi, rupiah terpantau memangkas depresiasi menjadi -0,01% ke level Rp14.036 per dolar AS.

Namun, minimnya sentimen positif membuat rupiah saat ini kembali stagnan di level Rp14.035 per dolar AS, terhitung hingga pukul 10.45 WIB. Rupiah saat ini bergerak tertekan di hadapan dolar Australia (-0,10%), euro (-0,13%), dan poundsterling (-0,21%). 

Keterpurukan rupiah semakin dikukuhkan dengan statusnya sebagai mata uang terlemah kedua di Asia setelah yen (0,03%). Mata uang Garuda itu tunduk terhadap mayoritas mata uang Asia, seperti dolar Taiwan (-0,46%), won (-0,17%), ringgit (-0,15%), yuan (-0,10%), baht (-0,09%), dan dolar Singapura (-0,05%).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: