Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai pergantian direksi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) hingga tiga kali merupakan hal wajar.
"Jadi gonta-ganti direksi saya kira itu hal yang wajar saja. Karena masalah yang dialami Jiwasraya sedemikian rumit, dan besar sekali," katanya kepada wartawan, Minggu (29/12/2019).
Lanjutnya, ia justru menyebut pergantian itu bisa membantu membuka kinerja pejabat sebelumnya sepanjang 2008 sampai 2017.
Baca Juga: Ngotot Pansus Jiwasraya, Awas! Demokrat Bisa Malu Sendiri
Baca Juga: Edan Bos! Jiwasraya Terancam Bangkrut, Kondisi Keuangannya Bikin Ngelus Dada!
"Justru mengungkap 'borok-boroknya'. Jadi kalau ditanya siapa yang paling bertanggung jawab ya pihak-pihak di 2008 sampai 2017. Sampai kemudian terjadi pergantian direksi," terang dia.
Ia juga menyoroti kinerja pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah di periode 2008 sampai 2017.
"Tapi mungkin tidak disalahkan sendiri, karena mungkin otoritas pengawasannya (OJK) termasuk Kementerian BUMN saat itu tidak terlalu kuat dalam proses pengawasan. Sehingga manipulasi-manipulasi yang dilakukan tidak terdeteksi," ujar dia.
Diketahui, sepanjang 2018, Jiwasraya selain mengalami gagal bayar, ternyata melakukan perombakan Direktur Utama hingga tiga kali.
Seperti, Dirut Hendrisman Rahim, yang menjabat Bos di Jiwasraya sejak 15 Januari 2008 harus berakhir pada 19 Januari 2018.
Kemudian, Muhamad Zamkhani yang ditunjuk menggantikan Hendrisman sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirut per 19 Januari 2018. Namun, pada 18 Mei 2018, ia dicopot Menteri BUMN saat itu Rini Soemarno yang menunjuk Asmawi Syam sebagai Dirut.
Tak hanya itu, selang lima bulan, 5 November 2018, Kementerian BUMN kembali menunjuk Dirut Jiwasraya untuk menggantikan Asmawi, yakni Hexana Tri Sasongko.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil