Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Konflik Israel-Palestina, PBB Tekankan Perlunya Dialog

Konflik Israel-Palestina, PBB Tekankan Perlunya Dialog Kredit Foto: Un.org
Warta Ekonomi, New York -

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggarisbawahi perlunya dialog untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel, menyusul proposal perdamaian yang diumumkan AS pada 28 Januari 2020.

Berbicara dalam pertemuan khusus Dewan Keamanan (DK) yang diprakarsai Indonesia bersama Tunisia, di New York, AS, Selasa (11/2), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan kembali dukungan PBB terhadap solusi dua negara (two-state solution) dalam upaya rekonsiliasi Palestina dan Israel.

“Saya mendesak para pemimpin Israel dan Palestina untuk menunjukkan keinginan yang diperlukan untuk memajukan tujuan perdamaian yang adil dan abadi, yang harus didukung oleh komunitas internasional,” ujar Guterres seperti dilansir dari laman berita resmi PBB, UN News, Rabu (12/2).

Baca Juga: Kesepakatan Abad Ini, Rusia: Perdamaian Ada di Tangan Israel dan Palestina

Rencana untuk mengesahkan permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dan memungkinkan aneksasi wilayah di Tepi Barat. Sementara Yerusalem akan tetap menjadi ibu kota Israel yang tidak terbagi, adalah salah satu usulan perdamaian yang ditawarkan AS dalam proposalnya.

Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov melaporkan bahwa proposal itu telah ditolak oleh pemerintah Palestina, Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, dan beberapa anggota Uni Afrika. Reaksi keras juga muncul di seluruh Tepi Barat yang diduduki Israel, dan di Gaza, tidak lama setelah proposal yang disebut Presiden AS Donald Trump sebagai “Kesepakatan Abad Ini” itu diluncurkan.

“Sama seperti langkah-langkah sepihak yang tidak akan menyelesaikan konflik, mereka yang menolak proposal tidak boleh beralih ke kekerasan. Itu akan menjadi respons terburuk yang mungkin terjadi pada saat sensitif ini, ”kata Mladenov.

"Memang, yang dibutuhkan adalah kepemimpinan politik dan refleksi serius tentang apa yang perlu dilakukan untuk membawa para pihak kembali ke meja perundingan,” ia melanjutkan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: