Belum Beres, Begini Rupanya Siasat AS untuk Dapatkan S-400 Rusia
Amerika Serikat (AS) sampai hari ini masih tetap ngebet ingin mendapatkan sistem peluncur rudal teranyar buatan Rusia S-400 Triumph. Demi ingin mendapatkan mimpinya itu, AS sudah mempersiapkan sejumlah strategi yang akan digunakan untuk menyandera Turki agar Erdogan bersedia menjual S-400 Triumph yang dibelinya dari Rusia awal tahun ini kepada Amerika Serikat (AS).
Strategi pertama yang dilakukan oleh AS adalah melakukan amandemen Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2021 sebagai pintu masuk untuk membeli perlengkapan melalui anggaran pengadaan Angkatan Darat AS.
Baca Juga: Mimpi AS Punya Rudal S-400 Buatan Rusia Kandas Sudah
Dalam amandemen regulasi pengadaan senjata dengan dalih untuk memperkuat Angkatan Darat AS itu, salah satu Senator AS John Thune mengusulkan agar Amerika Serikat (AS) dapat membeli S-400 buatan Rusia itu dari Turki.
Rencana itu pun sempat disikapi keras oleh Rusia. Juru bicara Federal Rusia untuk kerja sama teknis militer, Maria Vorobyova mengatakan, Turki tidak dapat menjual kembali S-400 yang dia dapatkan dari Rusia kepada Amerika Serikat (AS), kecuali dengan persetujuan dari Moskow, Rusia.
Karena Turki terikat dengan klausul perjanjian jual beli senjata dengan Rusia yang mana didalamnya tidak memperbolehkan Turki menjual senjata yang diperolehnya dari Rusia kepada tangan orang lain, termasuk Amerika.
Amerika pun tak bergeming dengan larangan Rusia tersebut. Amerika masih mempunyai senjata baru untuk memaksa Turki menjual S-400 buatan Rusia itu kepada AS dengan Undang-Undang Penentang Lawan Amerika melalui Sanksi (CAATSA). Karena dalam undang-undang tersebut seluruh negara yang membeli senjata pertahanan dari Amerika Serikat dan sekutunya, dilarang membeli senjata dari Rusia.
Siasat baru Amerika saat ini adalah memberikan sanksi CAATSA dengan cara mengancam Turki dari program jet tempur F-35 buatan AS. Karena Turki sebelumnya telah merencanakan membeli pesawat siluman F-35 buatan AS hingga 100 unit.
Menteri Pertahanan Mark Esper mengumumkan pengusiran Turki dari program F-35. Partisipasi Turki dalam program ini mencakup pelatihan pilot Turki dan produksi bagian-bagian badan pesawat dan pendaratan —beberapa di antaranya diproduksi secara eksklusif di Turki.
"Sejak Turki dikeluarkan dari program tersebut, produksi F-35 telah melambat, karena pabrik-pabrik Amerika telah berjuang untuk menebus kehilangan kapasitas produksi," Dikutip dari National Interest, Selasa (7/7/2020).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: