Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nadiem Makarim: Dulu Primadona, Kalau Sekarang...

Nadiem Makarim: Dulu Primadona, Kalau Sekarang... Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi -

Covid-19 bukan lagi soal medis. Bukan sekedar ancaman memapar individu fisik manusia tapi memapar tatanan kehidupan manusia. Daya rusaknya benar-benar menyeluruh ke berbagai bidang terkhusus bidang pendidikan. Hingga saat ini belum ada solusi kebijakan yang zero komplain.

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim yang pada masa-masa awal jadi primadona dan besar harapan tertumpu kepadanya kini sudah mulai luruh. Kebijakan, program, dan terobosannya nyaris tak terdengar. Hingga saat ini belum tergambar dengan jelas sesuatu yang extraordinary dari Mas Menteri.

Baca Juga: Nadiem Makarim Dicecar Habis DPR Gara-Gara...

Mas Menteri sesungguhnya punya riwayat cerdas di atas rata-rata. Gagasan-gagasannya yang out of the box di industri transportasi telah mengangkatnya ke tangga tertinggi kesuksesan. Nah ini sesungguhnya modal dasar yang bisa dikapitalisasi untuk gagasan yang serupa di kementerian yang diembannya.

Hingga detik ini belum ada panduan yang jelas bagaimana seharusnya memanajemeni dunia pendidikan di era pandemi. Orang tua dan anak-anak tahunya cuma opsi daring dan luring. Semua di bawah payung imbauan yang sudah bikin jengah: Learning From Home (LFH).

Rupanya, praktik LFH ini telah memunculkan masalah baru. Bahkan di masa-masa awal sudah mulai muncul riak-riak permasalahannya. Dari urusan teknis soal keterbatasan jaringan/kuota internet, problem aplikasi, hingga soal manajemen kelas. Anak-anak yang sudah mulai bosan daring sudah punya akal bagaimana bolos tapi tidak dimarahi guru.

Dimulai sekolah juga persoalan. Kegiatan sekolah yang meniscayakan mobilitas rumah-sekolah peserta didik, utamanya mereka yang bekendraan umum, berpotensi besar tertular dan menularkan. Jadilah sekolah jadi episentrum penularan. Jadi opsi ini pun sama bermasalah.

Terhadap seluruh persoalan di atas maka saatnya Mas Menteri mengambil langkah-langkah out of the box sekali lagi, besar harapan, terjadi keadilan di dunia pendidikan.

Bila mas Menteri merasa sudah habis ide dan kata, terbukti tak bisa melakukan transformasi di dunia pendidikan maka sebaiknya menulis surat terbuka untuk Pak Jokowi dan rakyat, isinya minta maaf sedalam-dalamnya dan karenanya pamit mundur.

Penulis: Budi Rahman Hakim

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: