Pratikno mengatakan, saat ini masyarakat membutuhkan kerja cepat dari pemerintah untuk menghasilkan solusi dan mengatasi pandemi yang tengah berlangsung di Indonesia. Selain itu, para menteri juga akan terus bersinergi satu sama lain dalam menangani krisis.
"Krisis kesehatan segera selesai, krisis perekonomian segera selesai, dan justru kita sekali lagi melakukan lompatan kemajuan ke depan. Jadi tolong kita semuanya fokus untuk bekerja," katanya.
Sebelumnya, Jubir Kepresidenan Fadjroel Rachman juga membantah soal reshuffle besar-besaran ini. "Tidak ada," tegas Fadjroel. Menurutnya, semua menteri saat ini sedang bekerja keras. "Menghadapi Covid-19 serta pemulihan dan transformasi ekonomi nasional," lanjutnya.
Apakah tepat Jokowi kalau tak melakukan reshuffle? Pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno menyayangkan. Menurut dia, saat ini adalah waktu yang tepat bagi Jokowi jika ingin melakukan reshuffle. Soalnya, dari opini publik diketahui rakyat menilai sejumlah menteri layak diganti.
"Dari hasil survei diketahui sudah banyak nama-nama yang layak diganti. Tapi kan kocok ulang hak Presiden, bukan hak opini rakyat," kata Adi saat dikontak kemarin.
Namun, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menyebut, keputusan melakukan reshuffle bukan perkara mudah. Apalagi dalam kondisi seperti ini. "Reshuffle itu pilihan rumit. Antara tuntutan kerja maksimal dan kepentingan politik. Jokowi mesti pandai menjaga keseimbangam ini," kata Adi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: