Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi baru-baru ini menghubungi Vietnam. Wang Yi sengaja mengontak Hanoi untuk mengadakan perundingan.
Perundingan itu sengaja dilaksanakan akibat sengketa wilayah keduanya di China-Selatan">Laut China Selatan (LCS).
Baca Juga: Pilot Terlatih Ini Disiapkan Khusus buat Tempur Lawan China-Rusia
Dikutip dari laman South China Morning Post, Selasa (25/8/2020) Wang Yi kemudia bertemu dengan Menlu Vietnam, Pham Binh Minh di Dongxing.
Dongxing sendiri merupakan perbatasan kedua negara. Agenda pertemuan yang dilaksanakan pada hari Minggu, 23 Agustus 2020 lalu itu membahas demarkasi batas darat dan pendirian penanda batas kedua negara
"Kami harus menyelesaikan masalah batas darat untuk mencari penyelesaian awal sengketa maritim. Kedua negara memiliki kemampuan dan kebijaksanaan untuk melanjutkan negosiasi tentang masalah maritim di China-Selatan Laut China Selatan ini," ujar Wang.
Wang juga menyuarakan para pemimpin Vietnam dan China atas keberhasilan negosiasi kedua negara yang pernah dilakukan di masa lampau.
"Kedua negara harus fokus pada kerjasama jangka panjang dan secara aktif memulai rencana untuk menemukan cara untuk saling menopang stabilitas di China-Selatan">Laut China Selatan," ungkap Wang.
Dirinya menambahkan bahwa kedua negara harus terus meningkatkan ekonomi di wilayah perbatasan dan pariwisata mereka dengan menerapkan rencana Belt and Road Initiative.
Baru-baru ini, China juga lebih berfokus untuk menyelesaikan perselisihan China-Selatan">Laut China Selatan dengan Vietnam.
Sementara itu, Taiwan dan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) mengklaim beberapa wilayah di perairan yang kaya akan sumber daya tersebut. Sedangkan China sebelumnya mereka mengklaim hampir semua wilayah di LCS.
Hal tersebut membuat Amerika Serikat (AS) yang tidak memiliki kepentingan teritoral di China-Selatan Laut China Selatan mengerahkan kapal perang dan pesawat jet untuk menentang klaim Tiongkok.
Seorang peneliti kebijakan luar negeri Vietnam, Le Hong Hiep mengatakan, klaim China di China-Selatan Laut China Selatan jauh lebih rumit daripada perjanjian teritorial sebelumnya.
Meskipun begitu, dirinya menyebut bahwa China berupaya untuk mendapatkan kembali dukungan Vietnam, sebelum berbalik berpihak kepada AS.
Pasalnya AS akan pasang badan jika negara-negara ASEAN bersatu atau setidaknya sependapat menentang klaim China di LCS.
"Vietnam adalah target penting dalam upaya Beijing ini, mengingat lokasinya yang strategis dan penting. Juga mengingat status China sebagai mitra dagang terbesar Vietnam, dan sumber impor terbesarnya," tutur Le.
Namun, Le menegaskan Pemerintah Vietnam akan lebih mementingkan keamanan negaranya terlebih dahulu.
Dirinya menambahkan, hubungan Vietnam-AS telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pasalnya, kedua negara telah melakukan penyelarasan kepentingan strategis antara kedua ibu kota, yakni Hanoi dan Washington di China-Selatan">Laut China Selatan.
Le juga menuturkan bahwa memperkuat kerja sama dengan pihak AS akan menempatkan Vietnam di posisi yang lebih menguntungkan.
"Bagaimanapun, bekerja sama dengan Washington itu baik untuk keamanan nasional dan rezim Hanoi. Sebab, jika Tiongkok terus agresif melawan Vietnam di China-Selatan">Laut China Selatan, memperkuat hubungan strategis dengan AS dapat menempatkan Vietnam pada posisi yang lebih baik untuk melawan tekanan China," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto