Kisah Perusahaan Raksasa: China Construction Bank, Big Four Perbankan Masif China
Jelang masuknya negara itu ke dalam World Trade Organization pada pertengahan 2000-an, pemerintah China terus mendorong kebijakan reformasi ekonomi. Pada awal dekade tersebut, pemerintah juga telah menunjukkan niatnya untuk mengalihkan kepemilikan saham di bank terbesarnya ke sektor swasta. Namun sektor perbankan China tetap diliputi korupsi. Banyak eksekutif puncak perusahaan ditangkap atas tuduhan korupsi dan penyuapan di berbagai kasus. Dengan demikian industri perbankan terhambat oleh kurangnya personel yang terlatih.
Pada September 2004, perseroan direstrukturisasi menjadi bank pemegang saham yang diberi nama China Construction Bank Corporation. Pemegang saham utama bank termasuk The Central Huijin Investment Company, China Jianyin Investment Limited, State Grid, Shanghai Bao Steel (Group) Co., Ltd., dan China Yangtze Power Co., Ltd., sementara pemerintah China mempertahankan saham pengendali di perusahaan.
Dalam persiapan menuju penawaran umum, CCB beralih ke Citibank sebagai mitra asing dan penjamin emisi. Namun keterlibatan Citibank di tempat lain di sektor perbankan China menyebabkan konflik kepentingan antara kedua bank tersebut.
Pada gilirannya Citibank terpaksa menarik diri.Sebaliknya, CCB menemukan mitra baru di Bank of America (BoA), yang hanya memiliki kepentingan terbatas di China. Rekan kerja barunya itu setuju untuk membelanjakan sekitar 3 miliar dolar AS untuk 8,7 persen saham CCB. Itu ditambah dengan opsi untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi hampir 20 persen.
BoA juga setuju untuk memberikan kontribusi sekitar 50 anggota staf untuk memberikan nasihat teknis dan bantuan kepada CCB. Dukungan BoA dikreditkan sebagai faktor utama dalam membawa CCB ke pasar saham.
Pada 2005, bank milik China itu telah memangkas jaringan cabangnya hampir sepertiganya. Kini 14.000 cabang CCB berfokus terutama pada wilayah yang lebih vital secara ekonomi, yaitu pesisir.
IPO CCB diselesaikan pada bulan Oktober 2005, dengan pencatatan di Bursa Efek Hong Kong. Pencatatan hanya 10 persen dari sahamnya telah mengumpulkan lebih dari 8 miliar dolar AS, menandai IPO terbesar yang pernah ada di China. Selain itu termasuk juga IPO terbesar di sektor perbankan global sejak 1980.
CCB melanjutkan upayanya untuk mengubah dirinya menjadi grup perbankan yang modern dan efisien. Pada September 2005, bank mendirikan sayap manajemen aset usaha patungan baru, CCB Principal Asset Management Company. Ini dilakukan dalam kemitraan dengan Principal Financial Group dan China Huadian Group.
Pada akhir 2005, misalnya, CCB cabang Hong Kong meluncurkan layanan perbankan pribadi untuk pertama kalinya. CCB mempersiapkan diri untuk fase berikutnya dalam reformasi pasar perbankan China.
Liberalisasi penuh pasar dijadwalkan berakhir pada 2006. Ini berarti bahwa bank asing diizinkan untuk membuka jaringan cabang mereka sendiri di China dan bersaing untuk mendapatkan pelanggan perbankan untuk mendapatkan pertama kali. Raksasa perbankan China itu terdaftar di Bursa Efek Shanghai pada Oktober 2007.
Sekitar 5 Juni 2008, BoA membeli 6 miliar saham H seharga sekitar 2,42 dolar HK per saham menggunakan opsi panggilan berdasarkan formula dalam perjanjian akuisisi awal. BoA sekarang memiliki sekitar 25,1 miliar saham H, mewakili sekitar 10,75 persen dari saham yang diterbitkan oleh CCB.
Pada 2009, CCB membuka Cabang New York dan anak perusahaan di London. Di tahun yang sama muncul spekulasi bahwa saham CCB senilai 7,3 miliar dolar AS telah dijual oleh BoA setelah diperintahkan untuk mendapatkan lebih banyak modal menyusul hasil Uji Stres Tahunan Undang-Undang Dodd-Frank.
Selama krisis Korea 2013, CCB menghentikan bisnis dengan bank Korea Utara. Alasannya, CCB dituduh oleh Amerika Serikat mendanai program rudal dan nuklir Pyongyang.
Bank tersebut sekarang melayani banyak pelanggan ritel dan usaha kecil dan menengah. Hingga akhir 2014, telah memiliki 14.856 kantor cabang di China. Pelanggan korporatnya berjumlah 3,48 juta dan pelanggan ritel 314 juta.
Pada 2015, CCB menempati peringkat ke-2 dalam peringkat Global 2000 tahunan Forbes ke-13 dari perusahaan terbesar, paling kuat, dan paling berharga di dunia.
CCB mencatatkan capaian baru pada 2019. Perusahaan plat merah China itu menempati peringkat 31 daftar Global 500 milik Fortune. CCB memperoleh pendapatan tahunan sebesar 151,1 juta dolar AS naik 9 persen dari tahun sebelumnya. Sementara laba bersih perusahaan yang didapat ialah senilai 38,4 juta dolar AS.
Perbankan China itu kini naik peringkat. Pada 2020, terjadi kenaikan 5,1 persen dalam pendapatan tahunan perusahaan dari 151 juta dolar pada 2019 menjadi 158,9 juta dolar AS pada tahun ini. Capaian itu memberikan kenaikan satu peringkat bagi CCB menjadi posisi 30 daftar Global 500 versi Fortune. Perusahaan sukses membukukan laba bersih setahun sebesar 38,6 juta dolar AS meskipun kenaikannya hanya sebesar 0,3 persen.
Seperti semua raksasa perbankan empat besar China, CCB membukukan kapitalisasi pasarnya merosot pada paruh pertama 2020. Penyebabnya, pandemi virus corona atau Covid-19 mengusir investor dari sektor keuangan. Meskipun melemah, lembaga milik negara harus tetap mendukung dan membantu pemerintah mengatasi kemerosotan ekonomi China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: