Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPP Apkasindo: 3 Solusi Benahi Harga TBS Petani di Banten

DPP Apkasindo: 3 Solusi Benahi Harga TBS Petani di Banten Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rendahnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit merupakan salah satu permasalahan yang dirasakan petani sawit di Provinsi Banten. Jika saat ini harga TBS di provinsi lain rata-rata berkisar Rp1.800–Rp2.400 per kilogram, di Provinsi Banten seperti di Kabupaten Lebak, TBS petani hanya dihargai Rp1.000–Rp1.200 per kilogram.

"Makanya, banyak petani jual TBS ke Lampung (Sumatera). Harganya lebih bagus," ujar H. Wawan Jaro, Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Banten.

Baca Juga: Pasokan Melimpah, Ekspor Kelapa Sawit Turun 7,7%

Diketahui, di Provinsi Banten terdapat dua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang biasa membeli TBS petani, yakni milik PTPN VIII dan PT GAL. Namun, harga yang ditawarkan PKS ini masih tergolong rendah.

Melihat hal ini, Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Manurung, mengatakan bahwa salah satu solusi regulasi yang dapat dilakukan adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur yang mengatur harga pembelian TBS petani. "Di provinsi sentra sawit, sudah terbit Pergub mengatur harga TBS. Namun, di Banten belum ada regulasi ini," ujar Gulat.

Strategi lainnya adalah Apkasindo Banten akan memfasilitasi pembangunan PKS yang nantinya akan dikelola petani. Hal ini juga seiring dengan program BPDPKS terkait penyaluran dana untuk sarana dan prasarana, salah satunya melalui pendirian PKS.

"Dengan dana sarana prasarana BPDPKS, petani bisa dirikan pabrik. Kalau perlu, pabriknya bersebelahan dengan PKS PTPN VIII. Karena sampai sekarang, PTPN VIII tidak mengubah metode pembelian TBS petani swadaya," ujarnya.

Gulat mengatakan, selama ini harga TBS petani di Banten dapat dikatakan setengah dari harga TBS petani di Sumatera dan Kalimantan. Apalagi, pabrik sawit di Banten hanya ada dua unit, sementara di provinsi lain jumlah PKS lebih dari empat unit.

"Aneh memang pabrik pengolahan CPO dominan di provinsi ini. Seharusnya, harga TBS petani lebih mahal karena biaya mobilisasi CPO lebih hemat. Biaya pengiriman CPO itu dibebankan kepada harga TBS (komponen biaya produksi). Jarak pabrik sawit yang dekat industri pengolahan, idealnya harga TBS petani bisa lebih tinggi," ungkap Gulat.

Lebih lanjut, Gulat menyimpulkan, terdapat tiga solusi yang dapat dilakukan untuk membenahi harga TBS petani di Banten. Pertama, kemitraan setara antara korporasi dengan petani. Kedua, petani membangun pabrik sawit sendiri. Ketiga, meminta Pemprov Banten untuk membuat regulasi tata niaga TBS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: