Melewati pekan III Maret 2021, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat sebesar 88 persen menjadi US$1.158 per MT (atau sekitar Rp16.675.200 per MT) dibandingkan periode yang sama secara y-o-y.
Jika dibandingkan pekan lalu, average price yang tercatat tersebut menguat 1,6 persen dari yang sebelumnya sebesar US$1.140 per MT (atau sekitar Rp16.416.000 per MT). Meskipun penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga rata-rata CPO tersebut berada jauh di atas level harga potensial yang sebesar US$700 per MT. Tidak hanya itu, harga CPO saat ini juga membawa harapan baru untuk harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.
Baca Juga: Meroket, Harga CPO Masih Prospektif?
Kenaikan harga minyak mentah menjadi salah satu sentimen positif penguatan harga CPO tersebut. Minyak nabati seperti CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang menjadi bahan bakar alternatif minyak mentah (fossil fuel).
Oleh karena itu, harga minyak dan CPO cenderung berkorelasi positif. Sejak diimplementasikan pada Januari 2020 lalu, hingga saat ini, Indonesia masih menjalankan mandatori B30. Sementara itu, Pemerintah Malaysia berencana untuk meluncurkan program B20 di Sabah pada bulan Juni dan di Semenanjung Malaysia mulai Desember mendatang.
Mulai pulihnya perekonomian global pascavaksinasi Covid-19 di sejumlah negara mendorong tumbuhnya konsumsi dan permintaan ekspor sehingga meningkatkan harga CPO. Selain itu, menguatnya harga minyak nabati lain juga mendorong kenaikan harga CPO.
Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung mengatakan, bahwa pasar global saat ini mengalami kekurangan pasokan minyak sawit, sehingga harga CPO terus mengalami kenaikan. "Saat ini yang terjadi di pasar global bukan karena permintaan yang tinggi melainkan pasokan yang sangat langka," katanya.
Lebih lanjut Tungkot menjelaskan, stok minyak sawit di pasar internasional khususnya di negara - negara importir turun sekitar 26 persen sejak 2019. "Jadi sekarang ini dunia kekurangan minyak sawit itu yang mendorong kenapa harga itu naik terus," ujarnya.
Turunnya produksi di negara produsen sawit dunia seperti Indonesia dan Malaysia akibat adanya pengaruh badai El Nino masih berlangsung hingga hari ini. Tungkot juga memprediksi, kenaikan harga sawit akan terjadi hingga akhir semester I 2021.
"Itu diperkirakan sampai akan terjadi sampai bulan Juni di tahun ini. jadi harga akan naik sampai akhir semester I tahun ini. Di Awal semester II produksi sudah mulai rebound harga sawit akan turun," ucap Tungkot.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq