Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Benarkah Rumah Sakit Membisniskan Covid-19?

Benarkah Rumah Sakit Membisniskan Covid-19? Petugas kesehatan melakukan vaskinasi covid-19 tahap I di Rumah Sakit Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, Kamis (14/1/2021). | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah perusahaan pengelola rumah sakit mencetak kinerja ciamik di tengah gempuran pagebluk Covid-19 saat ini. Misalnya saja Rumah Sakit (RS) Mayapada dan Siloam Hospitals yang mampu menyulap rugi pada tahun 2020 menjadi untung miliaran di tahun ini. RS Mitra Keluarga juga mencetak kenaikan laba secara signifikan.

Kontan saja, sebagian masyarakat beranggapan bahwa keuntungan dari kedua RS tersebut dikantongi dari hasil membisniskan pandemi Covid-19. Asumsi tersebut dilontarkan oleh sejumlah warganet (netizen) di media sosial, Instagram.

"Dunia kesehatan untung banyak dari Covid-19, sudah bukan rahasia lagi. Banyak orang memanfaatkan pandemi demi cuan banyak. Covid-19 bisnis yang aduhai," klaim seorang warganet yang dikutip Warta Ekonomi.

Imbuhnya, "Covid-19 sudah menjadi bisnis. Pantas saja banyak Covad-covid di mana-mana. Rumah sakit untung banyak ternyata."

Baca Juga: Semangat Kolaborasi, Danamon Hadirkan RS Darurat untuk Pasien Covid-19

"RS swasta untung besar. Dokter suster meninggal kena Covid-19 pun, RS tetap untung besar," komentar warganet lain.

Adapula netizen yang mengklaim bahwa dokter atau rumah sakit dengan sengaja membuat pasien menjadi positif Covid-19 sehingga mereka bisa mendapatkan dana segar.

"Orang mati padahal negatif Covid-19 dibuat positif Covid-19. Mantap sip, klaim Covid-19 cair," kata warganet. Klaim serupa juga ditulis warganet lain, "tetangga gua saja mati noncovid ditawarin mau dimasukkan daftar Covid-19 atau enggak."

Namun, benarkah rumah sakit sengaja memanfaatkan pandemi Covid-19 di Indonesia demi meraup untung besar?

Kinerja Keuangan RS

Beberapa RS yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) memang mengalami peningkatan untung signifikan pada tahun ini. PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) selaku pengelola RS Mayapada berhasil mengubah rugi bersih sebesar Rp9,42 miliar pada Q1-2020 lalu menjadi laba bersih sebesar Rp68,14 miliar pada Q1 2021.

Merujuk laporan keuangan perusahaan, berbaliknya tekor menjadi cuan itu sejalan dengan pendapatan SRAJ yang tumbuh subur sebesar 77,39% secara year on year (yoy). Per Maret 2020 lalu, pendapatan SRAJ mencapai Rp282,12 miliar dan angkanya meningkat jadi Rp500,45 miliar pada Maret 2021.

"Hal ini karena meningkatnya pasien Covid-19 akibat pandemi yang sekarang terjadi," beber Direktur SRAJ Arif Mualim saat paparan publik bulan lalu (13/7/2021).

Arif bilang bahwa pihaknya tidak mempredikasi lonjakan pasien Covid-19. Sehingga daftar antrean (waiting list) membludak hingga ke level triple digit.

"Mohon bantu doa agar tenaga kesehatan kami bisa menangani sebanyak mungkin pasien yang masih mengantre. Kami berkomitmen menampung sebanyak mungkin pasien Covid dan non-Covid," kata dia.

Kontributor pendapatan paling besar disumbang oleh segmen rawat inap di mana secara tahunan naik dari Rp86,01 miliar pada Q1-2020 menjadi Rp156,44 miliar pada Q1-2021. Segmen obat-obatan juga mengalami peningkatan tinggi, yakni awalnya hanya Rp102,71 miliar menjadi Rp138,14 miliar.

Pendapatan poliklinik dan laboratorium masing-masing tumbuh dari Rp54,28 miliar menjadi Rp98,54 miliar dan dari Rp27,53 miliar menjadi Rp71,75 miliar. Begitu pula dengan pendapatan radiologi yang meningkat dari Rp13,57 miliar menjadi Rp38,01 miliar.

Sumber pendapatan RS Mayapada berikutnya adalah segmen hemodialisa dan pemeriksaan medis yang masing-masing menyumbang pendapatan Rp5,38 miliar dan Rp776,47 juta pada kuartal pertama tahun 2021.

Selain itu, RS milik konglomerat Dato Sri Tahir ini berhasil mengantongi keuntungan karena ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga, yakni sebelumnya Rp2,23 miliar per Maret 2020 menjadi Rp14,82 miliar per Maret 2021. Pendapatan lain-lain pun mengalami kenaikan dari Rp1,26 miliar menjadi Rp21,65 miliar.

Hanya saja, pada saat yang sama, beban keuangan mengalami pembengkakan dari Rp3,68 miliar menjadi Rp36,04 miliar. Aset SRAJ sampai dengan akhir Maret 2021 mencapai Rp4,35 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi dari aset SRAJ pada Maret 2020 lalu yang hanya Rp4,34 triliun.

Baca Juga: Ngamuk Tiga Hari Berturut-Turut, Saham Pengelola RS Mayapada Dapat Lampu Kuning!

Menyusul RS Mayapada, kinerja bisnis Siloam Hospitals milik keluarga konglomerat Riady juga kinclong pada paruh pertama 2021. Manajemen melaporkan, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mengantongi laba bersih senilai Rp291,54 miliar pada semester I 2021.

Capaian tersebut berbanding terbalik dari semester I-2020 lalu yang justru merugi sebesar Rp130,04 miliar. Peningkatan pendapatan menjadi penopang bagi kinerja laba perusahaan. Pendapatan Siloam Hospitals meningkat hingga 51,79% dari Rp2,51 triliun per Juni 2020 menjadi Rp3,81 triliun per Juni 2021.

Layanan rawat inap menyumbang pertumbuhan pendapatan tertinggi di mana angkanya tumbuh dari Rp1,36 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp2,08 triliun pada semester I-2021. Pada saat yang sama, pendapatan layanan rawat jalan meningkat dari Rp1,15 triliun tahun lalu menjadi Rp1,73 triliun tahun ini.

Kinerja keuangan Siloam Hospitals semakin meningkat karena beban keuangan perusahaan mampu dipangkas signifikan dari Rp85,88 miliar menjadi Rp32,84 miliar. Ditambah lagi, penghasilan bunga mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp4,04 miliar menjadi Rp7,92 miliar. Aset Siloam Hospitals per Juni 2021 mencapai Rp8,73 triliun, lebih tinggi dari Juni 2020 lalu yang hanya Rp8,43 triliun.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: