Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Membaca Hubungan Mesra Taliban dan Rezim Joe Biden

Membaca Hubungan Mesra Taliban dan Rezim Joe Biden Kredit Foto: AFP/Isaiah Campbell

"Evakuasi jelas dalam rangka Taliban dapat citra internasional yang baik. Juru bicara beberapa kali ingin menjelaskan bahwa orang Afghanistan juga bahkan bisa keluar negeri dan enggak usah terburu-buru. Pembacaan murni ya untuk pencitraan Taliban. Kami (red-Taliban) bentuk keemiratan yang baru dan akan bisa menjadi pemerintahan yang baik dalam hal evakuasi. Logikanya seperti itu," kata Zacky kepada VIVA lewat sambungan telepon pada Senin malam, 30 Agustus 2021.

Dia membenarkan bahwa adanya serangan ISIS-K di Kabul menjadi salah satu faktor penting keduanya bisa berkolaborasi. Menurut dia, serangan ISIS-K ini jelas memang bagai simbol ancaman sekaligus bagi AS dan Taliban.

"ISIS-K punya target dan mengakui mengebom dan dalam pengertian di sini buat peringatan buat dua-duanya we'are still exist. Underground tetap exist tetap simbol bagi AS ibarat gagal dong AS mengamankan. Kedua untuk Taliban yang dianggap bagai selingkuh sama AS padahal seharusnya dalam gerakan anti terhadap AS dalam konteks GWoT (Global War on Terror)," lanjut kandidat Ph.D dari Freie Universität Berlin, Jerman ini.

Dia menjelaskan memang dalam hal teologis dan ideologis jelas Taliban dan ISIS adalah dua entitas yang berbeda. Keduanya sejak awal tak pernah dan tak akan sejalan karena fundamental yang sudah berbeda. ISIS merupakan ekstrem yang bersumber Salafi dan Wahabi dari Arab Saudi. Sementara Taliban dari gerakan ekstrem radikal bersumber dari tradisi Sunni Hanafi dari Pakistan.

Hal itu yang membedakan secara teologis. Sementara yang pernah sedikit menjadi titik temu hanyalah perihal anti-Amerika dan GWoT. Meski hal tersebut kini sudah berubah semenjak Taliban mulai mengubah pendekatan untuk bisa mencapai tujuannya yang cenderung nasionalistik.

Zacky juga memaparkan perlunya Taliban mencitrakan diri sebagai Neo-Taliban yang inklusif. Kepentingannya kini adalah untuk menciptakan iklim politik, keamanan dan ekonomi agar benar-benar bisa mengatur negaranya. Oleh karena itu mau tak mau, suka tak suka harus bisa berelasi dengan pihak lain termasuk dengan AS sendiri. Hal itu harus dilakukan demi menata Afghanistan yang kini tak bisa hidup tanpa bantuan asing itu.

"Taliban memasuki masa memerintah harus menunjukkan intelektualitas membentuk pemerintahan yang inklusif bukan hanya menciptakan center of excellence. Dari pengalaman selama 20 tahun ini banyak tokoh eksil mereka sudah banyak belajar. Para generasi muda mereka juga yang masa GWoT dulu masih anak-anak tentu jadi orang yang sedikit banyak melihat masa kini," katanya. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: