Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gokil! Demi Energi Hijau, Orang Terkaya Kedua di Asia Rela Rogoh Rp998 Triliun!

Gokil! Demi Energi Hijau, Orang Terkaya Kedua di Asia Rela Rogoh Rp998 Triliun! Gautam Adani, taipan India. | Kredit Foto: Startsunfolded/Gautam Adani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Miliarder Gautam Adani memiliki mimpi perusahaan konglomerasinya menjadi pemimpin dunia dalam penyimpanan data ramah lingkungan. Terlebih, dengan pusat data yang sepenuhnya dijalankan dengan energi bersih, Adani melihat ini dapat memainkan peran penting dalam ambisinya untuk membentuk kembali kerajaan yang sebagian besar dibangun di atas penambangan batu bara dan berdagang menjadi raksasa energi terbarukan.

“Tidak dapat dihindari bahwa infrastruktur pusat data yang besar akan menjadi industri konsumsi energi terbesar yang pernah ada,” ujar Adani, ketua Adani Group dan orang terkaya kedua di Asia, di Forum Ekonomi India Bloomberg pada hari Kamis.

Baca Juga: Gokil! Miliarder Batu Bara India Kekayaannya Meroket Lebih Banyak dari Jeff Bezos

Melansir The National News di Jakarta, Rabu (17/11/21) India secara eksponensial memperluas kapasitas energi bersihnya dengan salah satu biaya terendah, sehingga akan menjadikan India pilihan paling ramah lingkungan untuk menyimpan bukan hanya data India tetapi sebagian besar data dunia.

Konglomerat tersebut telah berkomitmen untuk menginvestasikan total USD70 miliar (Rp998 triliun) pada tahun 2030 di seluruh rantai nilai energi hijaunya untuk menjadi produsen energi terbarukan terbesar di dunia.

Ini adalah salah satu dari dua penarik terbesar di belakang Perdana Menteri Narendra Modi, yang membuat janji kejutan di Cop26 agar India menyentuh emisi karbon nol-bersih pada tahun 2070. Reliance Industries, yang dipimpin oleh orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani juga berencana untuk menghabiskan USD10 miliar (Rp142 triliun) untuk energi terbarukan selama tiga tahun ke depan.

Meski demikian, Adani akan menghadapi banyak tantangan dalam menyalakan pusat data karena mereka membutuhkan catu daya 24-7 terus menerus, menurut Shantanu Jaiswal, kepala penelitian India BloombergNEF.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: