Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terkuak 5 Metode Ekstrem Ala China untuk Bikin Covid-19 Nol Kasus

Terkuak 5 Metode Ekstrem Ala China untuk Bikin Covid-19 Nol Kasus Kredit Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Warta Ekonomi, Beijing -

Pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, Covid-19 telah menyebar dan menjadi momok di seluruh dunia. Dengan hadirnya vaksin, banyak negara kini memilih 'berdamai' dengan keadaan. Mereka memutuskan hidup berdampingan dengan virus corona dengan meningkatkan angka vaksinasi serta menyiapkan perawatan dan fasilitas kesehatan yang memadai.

Namun, China masih bersikukuh membabat habis virus tersebut dengan kebijakan 'nol Covid-19'. Artinya, tak boleh ada 1 kasus pun di negara tersebut. Perang habis-habisan disiapkan.

Baca Juga: China Kerap Jadi Kambing Hitam, Wang Yi: Jangan Cari Kesalahan Orang Lain, Ayo Bersatu

Sedikit saja lonjakan, satu wilayah akan di-lockdown, seluruh warga tanpa pandang bulu mengikuti tes massal, masa karantina juga sangat panjang. Protokol ini seperti sudah menjadi makanan sehari-hari.

Meski tindakan yang disebutkan di atas sudah tergolong ekstrem, rupanya masih ada sejumlah kebijakan lain di luar nalar yang diberlakukan oleh pemerintah Xi Jinping.

Dihimpun AKURAT.CO dari berbagai sumber, ini 5 kebijakan ekstrem pemerintah Xi Jinping demi mencapai nol Covid-19 di China.

1. Tutup rapat perbatasan negara

Pemerintah berulang kali menyalahkan 'impor' virus corona dari luar negeri, baik melalui penumpang pesawat, makanan beku, atau barang lainnya.

Media sosial pun penuh seruan agar otoritas memperpanjang karantina untuk kedatangan luar negeri. Pasalnya, banyak warganet yang menyalahkan pelancong China yang pulang kembali dari luar negeri dengan membawa virus ke negara tersebut.

Tak heran pembatasan perbatasan di sana sangat ketat. China telah berhenti mengeluarkan atau memperbarui paspor, kecuali untuk keperluan bepergian yang penting. Pelancong asing, dari turis hingga pelajar, kebanyakan dilarang memasuki China.

Mereka yang diizinkan masuk, begitu juga warga yang pulang kembali, harus menjalani setidaknya 14 hari karantina terpusat yang ketat. Tak tanggung-tanggung, karantina itu dapat diperpanjang hingga 28 hari oleh otoritas setempat, ditambah lagi masa isolasi mandiri yang panjang di rumah.

Pemerintah pun telah menyerukan otoritas lokal untuk membangun fasilitas karantina permanen untuk kedatangan dari luar negeri. Contohnya, Kota Guangzhou mendirikan pusat karantina 5 ribu kamar di area seluas 46 lapangan sepak bola.

Pembatasan ini tak pandang bulu, bahkan berlaku bagi Xi Jinping sekali pun. Tak ayal, sudah hampir 2 tahun pemimpin Negeri Tirai Bambu melewatkan berbagai konferensi internasional. Perjalanan terakhir Xi ke luar negeri adalah pada Januari 2020 selama 2 hari ke Myanmar untuk mempromosikan Belt and Road Initiative.

2. Bunuh hewan peliharaan yang diduga positif Covid-19

Baru-baru ini, warganet China dibuat geram oleh rekaman CCTV tentang dibunuhnya seekor anjing peliharaan milik seorang warga yang sedang menjalani karantina wajib di hotel terdekat.

Pembunuhan ini jadi contoh terbaru betapa ekstremnya tindakan otoritas lokal untuk mengejar nol Covid. Padahal, pemiliknya yang bermarga Fu dinyatakan negatif virus corona. Ia juga diyakinkan bahwa anjingnya tak akan dibunuh selama disinfeksi gedung apartemennya.

Ini bukan pertama kalinya aparat China membunuh hewan peliharaan untuk mengekang penyebaran Covid-19.

Pada bulan September, ada 3 kucing di kota lainnya dibunuh setelah dites positif virus corona, tanpa persetujuan pemiliknya. Pemiliknya tersebut sedang dikarantina di rumah sakit usai tertular virus corona.

Padahal, meski ilmuwan menduga Covid-19 berasal dari hewan sebelum menyebar di kalangan manusia, tak ada bukti bahwa hewan berperan penting dalam penyebaran virus corona ke manusia, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Dalam insiden terbaru tersebut, anjing itu bahkan dibunuh sebelum dites Covid-19, menurut pemiliknya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: