Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prospek EBT Masih Menjanjikan, Kencana Energy Siapkan Rencana Ekspansi di 2022

Prospek EBT Masih Menjanjikan, Kencana Energy Siapkan Rencana Ekspansi di 2022 Kredit Foto: Kencana Energi Lestari

Proyeksi Akhir Tahun

Wilson Maknawi, Wakil Direktur Utama Perseroan mengatakan, dengan melihat kebutuhan energi nasional saat ini, serta situasi ekonomi Indonesia yang diperkirakan mulai bergerak positif, perseroan optimistis mencacatkan kinerja positif di tahun ini.

Sejalan dengan itu, perseroan memproyeksikan pendapatan mencapai US$ 47,4 juta atau setara Rp 678 miliar di akhir tahun ini, dan laba tahun berjalan US$ 11,8 Juta atau sekitar Rp 169 miliar. Per kuartal II-2021 atau per Juni lalu, pendapatan melesat 129% menjadi US$ 18,21 juta atau sekitar Rp 260 miliar dari periode yang sama tahun 2020 US$ 7,95 juta.

Pendapatan ini diperoleh dari proyek konsesi US$ 8,95 juta, naik dari US$ 1,74 juta, pendapaan bunga konsesi US$ 6,13 juta dari US$ 5,64 juta, dan penjualan listrik US$ 3,12 juta dari sebelumnya US$ 576.380. Adapun laba bersih komprehensif sebesar US$ 5,13 juta atau sekitar Rp 73 miliar, naik 5,8% dari Juni 2020 sebesar US$ 4,81 juta.

Saat ini, perusahaan memproduksi EBT melalui dua anak usaha yaitu PT Bangun Tirta Lestari (PT BTL) dan PT Energy Sakti Sentosa (PT ESS). EBT yang diproduksi lalu dipasok untuk memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga. Perseroan melalui PT Nagata Dinamika Hidro Madong kini sedang membangun PLTM.

Baca Juga: Ini Strategi Pemerintah Percepat Implementasi EBT di Indonesia

Perseroan juga bekerjasama dengan PT PLN (Persero) dengan menandatangani Kesepakatan Pembelian Listrik (Power Purchase Agreement/ PPA). Kesepakatan itu juga menjadi sumber pendapatan tetap yang akan membentuk profil keuangan yang kuat guna mendukung kegiatan usaha di masa depan.

Wilson menilai prospek EBT akan ditopang oleh sejumlah katalis positif di antaranya roadmap 2021-2025 dengan target peningkatan bauran EBT sebesar 23% pada 2025,rasio elektrifikasi 100%, dan penyelesaian program 35 GW.

Indonesia juga menargetkan penurunan gas rumah kaca sebesar 34,8% pada tahun 2025 dan 58,3% pada tahun 2050.

Prospek ini dinilai terbuka lebar mengingat saat ini konsumsi EBR di Indonesia masih rendah. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat konsumsi EBT Indonesia baru 151 kWh atau nomor 7 di Asia Tenggara pada 2017, setelah Malaysia 689 kWH, Vietnam 673 kWH, Thailand 364 kWH, Filipina 213 kWH, Myanmar 178 kWH, dan Kamboja 168 kWH.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: