Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pianis Asal Indonesia Jadi Musisi Klasik Asia Pertama Terdaftar di NFT, Laku Hampir Senilai 1M

Pianis Asal Indonesia Jadi Musisi Klasik Asia Pertama Terdaftar di NFT, Laku Hampir Senilai 1M Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lahir di Jakarta, 10 Juni 1968, Ananda Sukarlan merupakan pianis, komposer sekaligus aktivis pendidikan yang terkenal dalam bidang musik klasik. Putra Indonesia penerima gelar kesatriaan tertinggi "Cavaliere Ordine della Stella d'Italia" dari Presiden Sergio Mattarella ini terkenal dengan karya pianonya Rapsodia Nusantara yang telah dimainkan para pianis seluruh dunia.

Meski tinggal di daratan Eropa, Ananda Sukarlan tak lantas kehilangan cintanya kepada tanah air. Banyak karya-karyanya yang memasukan unsur musik tradisional Indonesia ke dalam landscape musik klasik, misalnya serial Rapsodia Nusantara.

Selain mengenalkan musik klasik kepada khalayak yang lebih luas, ia juga memiliki concern terhadap isu-isu sosial dan politik yang berkembang di tengah masyarakat Indonesia. 

Beberapa waktu belakangan Ananda Sukarlan telah tercatat mengikuti berbagai macam kegiatan sosial yang mendedikasikan beberapa karyanya untuk menggalang donasi. Tapi, kali ini Ananda Sukarlan melakukan langkah yang berbeda, ia telah melelang donasi karyanya yang telah didaftarkan NFT.

Ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Ananda Sukarlan, karena ia telah menjadi musik klasik pertama di Asia yang telah mendaftarkan karya NFT-nya. 

Bagi Ananda Sukarlan sendiri, menurutnya sudah saatnya musisi khususnya klasik harus mencoba metode baru dalam memperknalkan dan menjual karyanya, termasuk salah satunya adalah melalui NFT. Baginya NFT ialah masa depan bagi para artworker yang sudah saatnya sekarang harus mulai beralih ke digital. NFT juga memiliki lisensi otentik yang menjamin keamanan karya.

Kegiatan lelang lagu ini diselenggarakan dalam rangka penggalangan dana Charity Auction yang diselenggarakan oleh Yayasan Habitat Indonesia. Menurut Susanto, Direktur Nasional Habitat Indonesia menyatakan, “Hasil penggalangan dana Charity Auction untuk membantu menambah membangun rumah lebih banyak lagi bagi keluarga penyintas korban badai di NTT yang sedang dibangun sebelumnya dari konser amal “NTT adalah Kita” dan dari penggalangan dana lainnya”.

Karya pertama yang dilelang ialah, solo piano “Variations on Ibu Sud’s ‘Pergi Belajar’ dan karya keduanya, ialah Rapsodia Nusantara No. 35. Hasil dari pelelangam kedua karya NFT tersebut tersebut telah terjual senilai 61ribu dollar AS yang senilai dengan hampir 1M.

Karya-karya tersebut telah dibeli oleh Edwin Soeryadjaya dan Hilmi Panigoro dalam agenda yang diselenggarakan oleh Yayasan Habitat Indonesia. Sekaligus pelelangan karya tersebut dilakukan di platform social NFT marketplace, Metaroid.

Memang sekarang sudah banyak publik figur yang terjun di bisnis NFT. Karya NFT juga menciptakan peran galeri dan museum terkesan sebagai pasar seni yang tradisional, namun sekarang terkonversi ke dalam digital.

Tingkat harga dari karya NFT terus bertumbuh jika dibandingkan dengan harga pada tahun-tahun sebelumnya. Kelebihan lainnya dari karya NFT adalah autentikasi karya seni. Di mana seniman menjual karyanya dalam bentuk NFT sekaligus menciptakan batasan untuk menghindari pemalsuan atau duplikasi karya seni serupa, sehingga orisinalitasnya terjamin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: