Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Simak Review Tingkat Kerumitan Logistik dan Stabilitas Pasokan Sembako, Begini Hasilnya...

Simak Review Tingkat Kerumitan Logistik dan Stabilitas Pasokan Sembako, Begini Hasilnya... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Samudera Indonesia Research Initiatives (SIRI) melakukan riset terhadap tingkat kerumitan logistik dan stabilitas pasokan sembako. Berdasarkan data komoditas pangan strategis Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, sembako dapat digolongkan menjadi beras, minyak goreng, cabai, gula, bawang putih, bawang merah, daging sapi, daging ayam, dan telur ayam.

Hasil dari riset tersebut, tim SIRI melakukan review terkait hasil temuannya dalam webinar 'Membedah Alur Perdagangan dan Logistik Sembako'. Dari hasil review, berdasarkan tingkat kerumitan logistik dan stabilitas pasokan, komoditas yang pertama ada beras. Beras tergolong sebagai komoditas dengan logistik yang tidak rumit. Tantangan terbesar dari logistik beras hanya berada pada alur gabah dari produsen (petani) ke penggilingan padi (pengumpul). Tantangan tersebut di antaranya adalah kemungkinan gagal panen dan kurangnya infrastruktur yang membuat biaya pengiriman barang menjadi mahal. 

Baca Juga: Sambut Hari Raya Idul Fitri, Millennial Peruri Bagi-Bagi Sembako ke Masyarakat Sekitar

"Logistik beras di alur beras (dari pengumpul ke pedagang besar dan pengecer) relatif mudah dilakukan. Hal tersebut dikarenakan sifat dari beras yang tidak membutuhkan suhu khusus dalam proses pengiriman, sehingga tidak membutuhkan cold chain logistics," ujar ekonom SIRI, Denny Irawan dalam sesi webinarnya, pada Kamis (28/4/2022).

Kemudian untuk komoditas kedua, minyak goreng, juga memiliki tingkat kerumitan logistik yang relatif rendah. Sama seperti beras, konsumsi minyak goreng domestik dapat sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan mayoritas minyak goreng di Indonesia berasal dari kelapa sawit. Tantangan terbesar dari logistik minyak goreng adalah faktor cuaca dan keterbukaan ekspor kelapa sawit (bahan baku utama minyak goreng). 

"Keterbukaan ekspor bahan baku minyak goreng pada beberapa kasus dapat menyebabkan lonjakan harga minyak goreng yang signifikan (karena harga bahan baku-nya mengikuti harga internasional)," ujarnya.

Komoditas ketiga, cabai, memiliki tingkat kerumitan logistik pada sisi transportasi yang relatif rendah seperti minyak goreng dan beras, namun dengan tingkat kerumitan pada sisi pasokan yang relatif lebih tinggi dibandingkan kedua komoditas tersebut. Pada tahun 2021, sekitar 8 hingga 9 persen konsumsi cabai di Indonesia berasal dari impor. Impor cabai Indonesia mayoritas berasal dari negara-negara Asia Timur seperti India, Tiongkok, dan Malaysia. Pasokan cabai yang berasal dari impor memiliki tantangan logistik pada proses administrasi. 

Baca Juga: Jokowi Ngeluh Lagi Soal Impor. Gus Nadir: Bapak Jadi Presiden, Gak Usah Jadi Pengamat

Komoditas keempat, gula, memiliki tingkat kerumitan logistik yang hampir sama dengan cabai. Hal tersebut karena mayoritas pasokan gula (76,5 persen) di Indonesia adalah impor dari India, Australia, dan Tiongkok. Pasokannya yang mayoritas berasal dari impor membuat harga gula sangat fluktuatif. Fluktuasi tersebut disebabkan oleh 3 faktor, yaitu fluktuasi nilai tukar rupiah, fluktuasi harga gula dunia, dan dinamika perizinan impor. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: