Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenangan Putra Diktator Filipina Sebagai Presiden Disambut Gegap Gempita, Bisa Merembet ke ASEAN?

Kemenangan Putra Diktator Filipina Sebagai Presiden Disambut Gegap Gempita, Bisa Merembet ke ASEAN? Kredit Foto: Reuters/Romeo Ranoco

Meneruskan warisan Duterte

Sepanjang kampanye, Bongbong Marcos hanya memberikan sedikit petunjuk tentang seperti apa agenda kebijakannya, selain pesannya tentang "persatuan."

Analis memperkirakan Bongbong akan fokus menyelesaikan peningkatan infrastruktur multi-miliar dolar Duterte dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan China.

Baca Juga: Tumbang! Manny Pacquiao Dibuat KO Duet Putra Diktator dan Putri Duterte

Beberapa pihak menganggap masalah korupsi dan nepotisme yang ada di Filipina dapat memburuk.

Rado Gatchalian, seorang pendukung vokal Bongbong Marcos dan penyelenggara reli nasional, mengatakan dia tidak khawatir tentang korupsi.

Sejak Marcos senior diasingkan oleh "Revolusi Kekuatan Rakyat" pada 1986, tidak ada yang terjadi untuk memperbaiki lanskap politik Filipina, kata Gatchalian.

Bahkan, sejak itu dia yakin kondisinya semakin memburuk.

"Ada banyak korupsi, ada banyak penyelewengan. Jadi hal yang mereka benci tentang Marcos, itu terjadi setelah Marcos juga," katanya.

Dia juga memercayai kisah para tetua di Filipina yang mengatakan kepadanya bahwa era Marcos senior merupakan masa keemasan Filipina.

"Banyak, banyak sesepuh dengan yakin mengatakan kepada saya bahwa presiden Marcos adalah presiden terbaik Republik Filipina - bahwa Filipina lebih baik pada masanya dibandingkan dengan presiden-presiden yang menggantikannya," katanya.

Warga Sydney berusia 43 tahun itu senang dengan beberapa perubahan yang dibuat Duterte, dengan mengatakan dia membuat jalan-jalan lebih aman dan berharap Bongbong Marcos akan melanjutkan banyak kebijakannya.

Pendukung Marcos lainnya menyebutkan janji kampanye untuk tarif layanan listrik dan air yang lebih murah dan meneruskan fokus Duterte pada proyek infrastruktur besar.

Mengenai pembicaraan tentang hubungan yang lebih dekat dengan Rusia dan China, Gatchalian mengatakan dia tidak menganggap itu sebagai masalah.

Sophia Maranan stands in front of a wall covered in vines smiling.  Image: Sophia Maranan mengatakan iklim politik yang terpolarisasi banyak dibahas antara keluarga dan teman-temannya menjelang pemilihan umum. Supplied 

Sophia Maranan, seorang mahasiswi Sydney berusia 20 tahun, mengatakan bagaimana pun enam tahun ke depan, dia dan teman-temannya akan terus berjuang melawan informasi yang salah dan korupsi.

"Ini bukan akhir dari perjuangan kita," katanya.

"Kita harus memastikan mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka sebagai pemimpin negara."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: