Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lebaran Usai, Waspadai Risiko Kenaikan Inflasi Tetap Tinggi

Lebaran Usai, Waspadai Risiko Kenaikan Inflasi Tetap Tinggi Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya

Lonjakan inflasi yang terjadi sejak tahun lalu tersebut diperparah oleh konflik Rusia-Ukraina yang membuat harga energi dan komoditas semakin meroket.

Meskipun begitu, keberhasilan kebijakan PPKM dalam menekan kasus harian akibat Covid-19, membuat beberapa sektor esensial kembali dibuka, sehingga aktivitas ekonomi pun kembali bergeliat, dan mendorong permintaan masyarakat di tengah kenaikan harga komoditas.

Baca Juga: BI Prediksi Inflasi 0,48 Persen di Pekan Kedua Mei 2022

Ditambah dengan kegiatan mudik Lebaran pada tahun ini yang juga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Terbukti dengan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 yang mampu tumbuh kuat sebesar 5,0% (yoy) dan hal ini lebih baik dari beberapa negara lainnya seperti Tiongkok (4,8%), Singapura (3,4%), Korea Selatan (3,0%), Amerika Serikat (4,3%), dan Jerman (4,0%). Perekonomian global sendiri pada tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,6% hingga 4,5%.

"Dengan munculnya varian Omicron Covid-19 beberapa bulan lalu ditambah dengan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, tentu bukan hal yang mudah bagi Indonesia untuk menahan laju inflasi, kita tetap perlu mengapresiasi kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah sampai saat ini dalam melakukan pemulihan ekonomi nasional," kata Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (18/5/2022).

Baca Juga: BPS Beberkan Penyumbang Inflasi Nasional April 2022, Termasuk Minyak Goreng Sawit?

"Pertumbuhan ekonomi pasca Lebaran juga dipastikan akan lebih tinggi, mengingat pandemi yang sekarang semakin mereda dan juga kebijakan pemerintah dalam melonggarkan aktivitas mudik masyarakat selama Lebaran. Namun, ke depannya pemerintah tetap perlu menjaga harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, terutama bahan bakar minyak, gas, dan listrik, mengingat kondisi perekonomian global yang masih belum pulih," tutup Johanna.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: