Sebaliknya, kalau elektabilitas Anies stagnan, bahkan menurun maka ia melihat semakin sulit bagi Anies untuk mendapatkan tiket partai politik.
Kendati demikian, ia mengaku mendapat dukungan dari parpol tidaklah mudah. Ini karena untuk membangun koalisi selain memang persyaratannya, ada juga presidential treshold 20 persen dan 25 persen suara sah pemilu 2019. Ini membuat tarik-menarik dalam koalisi akan lebih banyak diwarnai oleh siapa capres dan cawapresnya.
"Masing-masing partai punya kepentingan mengusung kadernya untuk jadi capres atau cawapres. Anies kan bukan kader partai, kecuali tak ada figur yang layak untuk diusung sebagai capres atau cawapres," ujarnya.
Terkait kemungkinan parpol yang melirik Anies, ia menilai Partai Deklmokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kelihatannya tertutup untuk Anies. Meski ada peluang tapi ia menilai sangat kecil kemungkinannya.
Kemudian, untuk posisi capres dari Gerindra juga kecil sekali bahkan tertutup bagi Anies kalau Ketua Umum Prabowo Subianto kembali menjadi capres.
"Saya kira parpol yang berpeluang mengusung Anies adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Tetapi PKS kan suaranya juga kecil, tidak memadai, sementara untuk membangun koalisi buat partai lain juga enggan," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: