Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti: Indonesia Lagi-lagi Gemakan Kegelisahan Soal Kapal Selam Teknologi Nuklir

Peneliti: Indonesia Lagi-lagi Gemakan Kegelisahan Soal Kapal Selam Teknologi Nuklir Kredit Foto: Reuters/Russian Defence Ministry

Dalam laporan Fairfax yang mengutip Achsanul Habib, direktur keamanan internasional dan perlucutan senjata di Kementerian Luar Negeri RI dikatakan bahwa dokumen Indonesia di PBB "sama sekali tidak dimaksudkan untuk menanggapi AUKUS".

"Kertas kerja Indonesia itu diajukan untuk mengisi gap regulasi NPT terkait propulsi nuklir angkatan laut yang masih kurang regulasinya,"ujarnya.

Baca Juga: Ketika Kepala Staf AL Australia Lebih Prioritaskan Kunjungi Indonesia, Ini Alasannya

Namun, Dr Zala mengatakan sangat jelas terlihat jika Australia dan AUKUS menjadi target utama pengajuan keberatan Indonesia.

"Tidak diragukan lagi dokumendari delegasi Indonesia merupakan konsekuensi langsung dari keputusan AUKUS," katanya.

"Secara hipotetis, kekhawatiran ini telah ada untuk waktu yang lama dan biasanya Australia membagikannya, tetapi Indonesia sekarang meningkatkannya karena Australia berencana menjadi negara pertama yang benar-benar mengeksploitasi celah ini di NPT."

Potensi ketegangan hubungan Indonesia dan Australia

China sudah mengisyaratkan mereka akan menggunakan pertemuan bulan depan untuk menggalang penolakan pakta AUKUS.

Para pejabat Australia secara pribadi menuduh Pemerintah China munafik, dengan merujuk bahwa negara itu memiliki armada kapal selam bertenaga nuklir yang terus bertambah sambil dengan cepat membangun gudang senjata nuklirnya sendiri.

Awal pekan ini, perwakilan khusus AS untuk non-proliferasinuklir, Adam Scheinman, membuat poin serupa dengan mengatakan China telah "[gagal] mengakui tindakan China sendiri di kawasan yang telah menyebabkan para mitra menutup celah keamanan.

Delegasi yang terdiri dari enam belas pejabat pemerintah akan mewakili Australia pada waktu yang berbeda selama satu bulan dalam pertemuan peninjauan di New York, termasuk Duta Besar Australia untuk Pengendalian Senjata dan Kontra-Proliferasi, Ian Biggs, dan Duta Besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa dan Duta Besar untuk Perlucutan Senjata, Amanda Gorely.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan bahwa Australia memiliki tradisi yang membanggakan dalam keterlibatan internasional yang konstruktif dan pragmatis untuk mendukung non-proliferasi dan perlucutan senjata nuklir.

Dr Zala mengatakan meskipun dia tidak percaya rencana kapal selam nuklir akan menjadi titik utama dalam hubungan Indonesia-Australia, namun hal itu akan "menambah ketegangan".

Ia juga memperkirakandelegasi Australia akan "ditanyakan beberapa pertanyaan yang cukup tajam" pada konferensi di New York.

"Mengingat tantangan nyata dari kapal selam terkait antisipasi preseden yang kemungkinan terjadi, tidak akan selalu ada jawaban yang bisamemuaskan tetangga kita," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: