Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sempat Gegerkan Dunia, Inilah Megaskandal Kebocoran Data Terbesar di Dunia yang Nilainya Capai Rp74 Triliun!

Sempat Gegerkan Dunia, Inilah Megaskandal Kebocoran Data Terbesar di Dunia yang Nilainya Capai Rp74 Triliun! Kredit Foto: Reuters/Kacper Pempel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pembobolan data kembali terjadi terhadap dua lembaga besar di Indonesia yaitu PLN dan Indihome. Pada Jumat (19/8/2022), badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola kelistrikan itu mengalam kebocoran data 17 juta pelanggannya.

Sementara dua hari kemudian, data 26 juta pelanggan Indihome diduga bocor ke publik. Ini meresahkan karena mengandung data pribadi dan data riwayat jelajah pelanggan.

Baca Juga: Kominfo Bantah Telah Beri Sanksi ke PLN dan Telkom Terkait Dugaan Kebocoran Data Pelanggan

Aksi pembobolan data kerap terjadi di seluruh dunia. Penjahat siber tidak pernah berhenti mencari cara untuk mengakses keseluruhan data yang memuat informasi sensitif dan dianggap menguntungkan karena dapat dijual di laman gelap atau dengan tujuan lainnya di masa mendatang.

Dilansir Akurat.co, banyak perusahaan raksasa mengalami pembobolan data, bahkan di negara maju sekalipun. Siapa saja perusahaan yang telah mengalaminya, berikut data selengkapnya.

1. Yahoo!

Pada bulan September 2016, perusahaan Amerika Serikat (AS) ini mengumumkan 500 juta akun pengguna telah dibobol dalam serangan siber tahun 2014. Tiga bulan kemudian, ditemukan pencurian data lainnya yang dilakukan pada Agustus 2013. Saat itu, Yahoo! memperkirakan ada 1 miliar akun pengguna telah terdampak. Begitu FBI terlibat, disimpulkan bahwa seluruh 3 miliar akun Yahoo! telah disusupi.

Data yang bocor meliputi nama pengguna, nomor telepon, pertanyaan keamanan, serta surel pemulihan kata sandi dan nilai kriptografi unik. Dalangnya adalah 2 peretas bernama Alexey Belan dari Latvia dan Karim Baratov dari Kanada.

Mereka disewa oleh Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) untuk menargetkan jurnalis Rusia, karyawan perusahaan keamanan siber Rusia, dan pejabat Rusia. Target lainnya adalah perusahaan transportasi Prancis 'CTO', direktur pelaksana perusahaan ekuitas swasta AS yang berbasis di Shanghai, pejabat perjudian Nevada, dan 14 karyawan perusahaan perbankan Bitcoin Swiss.

Begitu diumumkan terjadinya kebocoran data, gugatan class action dilayangkan kepada Yahoo!. Perusahaan itu lantas menyetujui dana penyelesaian senilai USD 117,5 juta (Rp1,7 triliun) untuk kompensasi kerugian.

Individu yang terdampak dapat memilih setidaknya 2 tahun layanan pemantauan pencurian identitas atau penggantian uang tunai mulai dari USD 100 (Rp1,4 juta) hingga maksimal USD 358,80 (Rp5,3 juta).

Sementara itu, Baratov dihukum 5 tahun penjara dan denda USD 2,25 juta (Rp33 miliar). Belan masih buron, begitu pula kolaborator FSB mereka.

2. Alibaba

Laman niaga elektronik di bawah raksasa China Alibaba, Taobao, pernah mengalami kebocoran data yang mengungkap lebih dari 1,1 miliar informasi pelanggan. Dari November 2019 hingga Juli 2020, seorang pengembang yang bekerja untuk seorang pemasar afiliasi mengeruk data pelanggan secara ilegal menggunakan perangkat lunak pembobol laman.

Nama pengguna dan nomor ponsel termasuk dalam data yang dicurinya. Namun, mereka diyakini mengeruk informasi tersebut untuk kepentingan pribadinya dan tak menjualnya di pasar gelap. Keduanya lantas dijatuhi hukuman penjara lebih dari 3 tahun dan denda sebesar 450 ribu yuan (Rp975 juta).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: