Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siti Nurbaya ajak Menteri Iklim dan LH Norwegia Kunjungi Titik Rehabilitasi Mangrove di Kalimantan

Siti Nurbaya ajak Menteri Iklim dan LH Norwegia Kunjungi Titik Rehabilitasi Mangrove di Kalimantan Kredit Foto: KLHK

Luasan tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu mangrove lebat seluas 3.121.240 Ha atau 92,78% dari total luasan, kemudian mangrove sedang seluas 188.366 (5,60%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (1,62%). 

Selain kawasan mangrove yang telah existing tersebut, pemerintah juga telah menghitung potensi area mangrove sebesar 756.183 Ha yang terdiri dari area terabrasi 4.129 Ha (0,55%), lahan terbuka 55.889 Ha (7,39%), mangrove terabrasi 8.200 Ha (1,08%), tambak 631.802 Ha (83,55%) dan tanah timbul 56.162 Ha (7,43%).

Baca Juga: Kementerian KLHK Apresiasi Pengelolaan DAS yang Dijalankan Bara Anugrah Sejahtera

Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono menyatakan bahwa kedatangan Menteri Iklim dan Lingkungan dari Kerajaan Norwegia menjadi bukti dukungan dari dunia Internasional bagi Indonesia untuk merehabilitasi mangrove.

"Rehabilitasi berperan besar dalam memulihkan kawasan ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan, sehingga akan dapat menyerap dan menyimpan karbon. Oleh karena itu, ekosistem mangrove memegang peranan kunci dalam pemenuhan target NDC Indonesia," ungkap Hartono.

Ekosistem mangrove memiliki fungsi yang sangat penting bagi lingkungan hidup dan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Mangrove memberikan pengetahuan dan kesempatan untuk melihat satwa liar. Mangrove juga dapat tumbuh dekat dengan tempat wisata seperti terumbu karang dan pantai berpasir (IUCN, 2017).

Ekosistem mangrove juga berperan sebagai benteng untuk melindungi pantai dari abrasi, gelombang kuat, badai, dan naiknya permukaan laut (Beck et al., 2019). Mangrove merupakan habitat penting dan tempat berkembang biak ikan dan satwa lainnya.  

Mangrove menyediakan bahan baku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, seperti hasil hutan bukan kayu, sumber pangan, hasil ikan, dan sebagainya. 

Baca Juga: Ini 3 Aksi Utama Dilakukan KLHK Wujudkan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030!

Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling efektif untuk menangkap, menyerap, dan menyimpan karbondioksida (CO2) dari atmosfer (blue carbon). Mangrove menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah organik yang membuatnya tetap stabil. (Worthington et al., 2019)

Ekosistem mangrove yang terjaga dengan baik dapat menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari hutan terestrial biasa. Karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3,0 Gton CO2e. Kemudian karbon yang tersimpan di mangrove dan padang lamun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 3,4 Gton CO2e, sekitar 17% dari simpanan blue carbon di dunia.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: