Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Jaga Transmisi Harga Energi dan Komoditas Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah Saat Ini

BI: Jaga Transmisi Harga Energi dan Komoditas Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah Saat Ini Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aida S. Budiman, menyebut yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah menjaga transmisi harga energi dan komoditas ke dalam negeri.

Sebagaimana diketahui, pada Agustus 2022, inflasi nasional telah mencapai 4,69%. Angka tersebut sudah mengalami penurunan, tetapi sumbangan terbesarnya tetap berasal dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile foods), kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam harga kelompok barang yang ditentukan pemerintah (administered price).

Baca Juga: Hubungkan Seluruh Potensi Investasi dengan Calon Investor, BI Sumut Gelar Ajang NSI

"Sementara untuk inflasi yang dari sisi permintaan, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi itu baru 3,04%. Jadi masih di bawah target inflasi kita, 3 plus minus 1%. Dan bahkan kalau kita lihat di Sulampua ini masih sama, tren inflasinya masih tinggi dari inflasi nasional. Yang bagus ini ada di Sulawesi Utara, inflasinya masih di bawah 4%, baik di Manado maupun di Kotamobagu. Jadi terima kasih pak Gubernur Olly, dan mudah-mudahan kita masih terus jaga tren ini ke depan," kata Aida saat menyampaikan Leader's Talk di acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulampua, dipantau secara daring, Senin (3/10/2022).

Sebagaimana arahan dari Presiden RI Joko Widodo, Aida mengatakan pemerintah penting untuk melanjutkan GNPIP, karena ini untuk menjaga perekonomian Indonesia dari ketidakpastian global, dan hal ini yang dilihat Bank Indonesia (BI) di rapat dewan Gubernur BI pada 21-22 September yang lalu, di mana memang perekonomian global diwarnai oleh terus berlanjutnya prospek perekonomian yang menurun, bahkan di beberapa negara sudah muncul istilah resesi.

Kemudian inflasi yang terus tinggi, selanjutnya adalah kecepatan dari normalisasi moneter dari negara-negara maju sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

"Di dalam negeri semua indikator-indikator yang kami pantau, seperti pertumbuhan perekonomian, kemudian sektor eksternal, stabilitas sistem keuangan termasuk kredit, dan UMKM masih berjalan dengan baik," ujarnya.

Baca Juga: Ekonom: Inflasi dan Stagflasi Merupakan Buah dari Kebijakan Pemerintah

Sejalan dengan itu, Aida menuturkan, BI melihat ke depannya tekanan inflasi masih terus berlanjut, harga pangan dan energi masih terus mengalami peningkatan, dan distrupsi dari pasokan juga terus terjadi sehingga risiko untuk inflasi nasional masih berada di atas 4% di tahun 2022 dan 2023. 

"Ini masih tinggi. Untuk itulah, kami di BI di bulan ini mengangkat tema, bauran kebijakan menjaga sinergi untuk stabilisasi dan pemulihan ekonomi. Pada hari ini upaya tersebut kita lakukan dengan menjaga inflasi pangan, melalui pasokan dan ini mudah-mudahan bisa membantu untuk menjaga inflasi yang dari kelompok-kelompok lainnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: