Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngaku Gak Takut, Saat Kiamat Tiba Para Miliarder Samakan Dirinya Bak Dewa

Ngaku Gak Takut, Saat Kiamat Tiba Para Miliarder Samakan Dirinya Bak Dewa Kredit Foto: Unsplash/Ashim D’Silva

Tidak sendiri

Pertemuan di gurun yang aneh tersebut membuat Douglas bertanya mengapa beberapa orang yang punya hak-hak istimewa di dunia, malah memikirkan tentang kehancuran dunia.

Dia menulis pengalamannya di situs Medium, kemudian menulis buku dengan judul 'Survival of the Richest: Escape Fantasies of the Tech Billionaires'.

Baca Juga: Gak Ingin Eropa 'Kiamat' Saat Musim Dingin, Swedia Kirim Kapal Selam ke Laut Baltik

Ternyata bukan hanya lima orang paling kaya itu yang merencanakan untuk kabur dari kiamat.

Salah satu pendiri PayPal, pendukung Donald Trump, dan libertarian Peter Thiel, adalah salah satu dari beberapa miliarder yang sudah punya warga negara Selandia Baru dan membeli sebidang tanah di kawasan terpencil di negara itu.

Pada bulan Agustus, rencana Peter terhalang ketika Dewan Wilayah Queenstown Selandia Baru menolak rencananya untuk membangun penginapan mewah yang berbentuk seperti bunker.

Ada pula mereka yang dikenal sebagai 'seasteaders', yang yakin struktur bangunan yang jauh dari perairan internasional adalah 'jalan keluar' terbaik dari masyarakat.

Seperti yang ditulis Douglas dalam buku barunya, "In the Minecraft-meets-Waterworld future envisioned by 'aquapreneurs', orang kaya harus hidup di negara-kota yang mandiri dan mengambang bebas."

The Seasteading Institute, yang didirikan oleh Patri Friedman, cucu dari ekonom pasar bebas Milton Friedman, bertujuan untuk "membangun komunitas startup yang mengapung di lautan, dengan apa pun ukuran otonomi politiknya."

Satu perusahaan bernama Vivos memanfaatkan kekhawatiran soal kiamat dengan menjual apartemen mewah di bawah tanah, yang dulunya sebuah fasilitas di era Perang Dingin, kemudian direnovasi.

Bayangkan, bangunan bekas tempat penyimpanan rudal, sekarang lengkap dengan kolam renang dan bioskop.

Douglas mengatakan idenya tidak terbatas pada struktur fisik.

Dia menunjukkan bagaimana Jeff Bezos ingin pergi ke luar angkasa dan Mark Zuckerberg memiliki metaverse virtualnya, yang dia sebut variasi lain dari "melarikan diri" dari kita semua.

"Ray Kurzweil, salah satu kepala ilmuwan di Google, punya tujuan utama membangun komputer yang dapat menampung otaknya," katanya.

Lebih tinggi dari orang lain?

Ketimbang hanya berfokus pada kebiasaan miliarder teknologi dan rencana mereka saat kiamat terjadi, Douglas jauh lebih tertarik dengan pandangan dan sistem yang membuat orang-orang ini punya ide yang aneh-aneh.

Dalam tulisannya, ia menemukan istilah untuk pelarian ala sillicon valley ini: 'the Mindset'.

"Secara sederhana, pola pikirnya ... adalah berapa banyak uang dan teknologi yang diutuhkan untuk melarikan diri dari kenyataan yang diciptakan sendiri, dengan menggunakan uang dan teknologi seperti sekarang ini," katanya.

"Mereka merasa dirinya dewa. Stewart Brand, salah satu pahlawan teknologi kontra-budaya berkata, 'Kami adalah dewa'. Dan orang-orang ini memahaminya secara harfiah."

Menurut Douglas ini adalah pola pikir ketika mereka merasa dirinya di atas orang lain.

"Saya merasa ini adalah fantasi mereka. Mereka bukan hanya membuat rencana, tapi punya keinginan untuk menjauh dari kita semua, dengan cara apa pun," kata Douglas.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: