Lonjakan Covid-19 di Tiongkok picu kekhawatiran global
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, mencatat bahwa ada dampak ekonomi dari penyebaran Covid-19 yang merajalela tidak hanya untuk Tiongkok, tetapi untuk dunia yang lebih luas.
Baca Juga: Kayak Udah Diprediksi, Bentrok TKI vs TKA China Mirip Perusahaan di Amerika
Menurut Ned Price, investor memang menyambut baik pelonggaran kebijakan ‘nol-Covid’ Tiongkok sebagai kabar baik bagi ekonomi dunia dalam jangka panjang. Namun, banyak yang khawatir akan dampak jangka pendek dari lonjakan kasus itu terhadap perdagangan dan industri secara global.
Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia?
Dampak paling terasa yang akan muncul adalah terkait perdagangan ekspor-impor. Ketika ekonomi Tiongkok menurun, artinya permintaan komoditas ke Indonesia tentunya juga berkurang. Selain itu, rendahnya permintaan juga bisa berdampak ke dalam negeri, sebab Tiongkok merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok memiliki kontribusi 26.5% dari total ekspor untuk periode Januari - November 2022. Sehingga, era tergelap yang dihadapi Tiongkok akan turut menarik Indonesia ke dalamnya.
Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia mengatakan, “Tidak dapat dipungkiri, lonjakan kasus Covid-19 di Tiongkok beberapa waktu belakangan ini memperlambat proses pemulihan ekonomi secara global. Hal ini terjadi karena Tiongkok merupakan sumber ekspor penting bagi industri manufaktur dan juga merupakan pasar penting bagi banyak komoditas global seperti minyak sawit mentah, tembaga, kedelai, batu bara, dan bijih besi dan baja”.
“Menjawab kekhawatiran tersebut, negara-negara ASEAN dan juga Indonesia telah cukup menjaga kondisi makro ekonomi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pola konsumsi dan tingkat pendapatan, Bank Indonesia juga terbukti telah melakukan tugasnya untuk menjaga stabilitas struktural rupiah sehingga diharapkan dampak meledaknya Covid-19 di Tiongkok terhadap perekonomian bisa berada di level minimum, hal tersebut juga didukung dengan dilonggarkannya kebijakan zero covid policy dari pemerintah Tiongkok yang secara tak langsung akan menopang pergerakan nilai tukar rupiah,” lanjut Johanna.
Baca Juga: Mundur Demi Ringankan Bebas Heru Budi, Manuver Pendukung Anies Disoroti: Jika Berprestasi, Dipertahankan!
“Meskipun begitu, pemerintah tetap harus siap siaga mengantisipasi skenario terburuk dalam rangka untuk menstabilisasi pasar dalam negeri dan memastikan ketersediaan pasokan dalam negeri. Tidak hanya itu, secara jangka panjang Indonesia harus melihat hal ini sebagai peluang dengan menjangkau pasar ekspor-impor yang selama ini didominasi oleh Tiongkok untuk mengurangi ketergantungan yang berlebihan.” tutup Johanna.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement