Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sederet Bukti 'Persahabatan Tanpa Batas' Xi Jinping dan Putin buat, Ekonomi Rusia-China Melejit!

Sederet Bukti 'Persahabatan Tanpa Batas' Xi Jinping dan Putin buat, Ekonomi Rusia-China Melejit! Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Sergei Karpukhin

De-dolarisasi Rusia

Perekonomian Rusia lumpuh sementara pada hari-hari awal invasi Ukraina karena langkah Barat untuk membekukan aset bank sentral Rusia dan bank-bank komersial Rusia, memutus lembaga keuangan Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, dan hengkangnya bank-bank Barat serta perusahaan-perusahaan kartu kredit.

Dengan keluarnya Rusia dari sistem keuangan internasional yang didominasi oleh dolar, yuan dan mata uang kripto China telah masuk ke dalam kekosongan. Pangsa transaksi berbasis yuan tumbuh dari 0,4 persen menjadi 14 persen dari total dalam periode sembilan bulan, menurut Carnegie Endowment for International Peace.

Baca Juga: Dunia Dikasih Kejutan Xi Jinping, Anggaran Militer China Meroket Lebih dari 225 Miliar Dolar

Pada bulan September, dua bank Rusia mulai meminjamkan dalam yuan dan juga menggunakan mata uang ini untuk transfer uang sebagai pengganti SWIFT.

Ketergantungan Rusia yang semakin besar pada yuan membuat negara ini pada bulan Oktober menjadi pusat perdagangan luar negeri terbesar keempat untuk mata uang China.

Di tengah menipisnya cadangan dolar karena sanksi, bank sentral Rusia pada bulan Januari menjual yuan senilai 47 juta dolar untuk menutupi kesenjangan dalam anggarannya dari pendapatan minyak dan gas yang lebih rendah.

Menukar dolar dan euro dengan yuan mungkin merupakan solusi jangka pendek yang efektif, tetapi hal ini akan membuat Rusia semakin bergantung pada China, Alexandra Prokopenko, seorang peneliti tamu di Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman, mengatakan dalam sebuah artikel baru-baru ini untuk Carnegie Endowment for International Peace.

"De-dolarisasi ekonomi, yang sangat dibanggakan oleh pemerintah Rusia, pada dasarnya diterjemahkan menjadi 'yuanisasi'. Rusia sedang bergerak menuju zona mata uang yuan, menukar ketergantungannya pada dolar dengan ketergantungan pada yuan," kata Prokopenko.

"Ini bukanlah substitusi yang dapat diandalkan: sekarang cadangan devisa dan pembayaran Rusia akan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan Partai Komunis China dan People's Bank of China. Jika hubungan antara kedua negara memburuk, Rusia mungkin akan mengalami kerugian cadangan devisa dan gangguan pembayaran."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: