Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bedah Pertamedika IHC, Holding RS BUMN yang Mau IPO di Bursa: Kinerja Menjanjikan?

Bedah Pertamedika IHC, Holding RS BUMN yang Mau IPO di Bursa: Kinerja Menjanjikan? Kredit Foto: Pertamedika IHC.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Langkah holding rumah sakit BUMN, PT Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (Pertamedika IHC) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) makin nyata. Hal tersebut sejalan dengan komitmen Menteri BUMN, Erick Thohir, dalam mendorong perusahaan pelat merah melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO).

Erick Thohir menyampaikan, pihaknya kini tengah mengupayakan negosiasi atas rencana IPO Holding RS BUMN tersebut. Terlebih lagi, seluruh rumah sakit BUMN sudah dikonsolidasikan ke dalam Holding RS BUMN dalam beberapa tahun terakhir. Menurut catatan Warta Ekonomi, pembentukan Holding RS BUMN sudah resmi beroperasi sejak tahun 2020. Meski begitu, proses konsolidasi RS ke dalam holding sudah berlangsung sejak tahun 2018 hingga 2022 lalu.  

Baca Juga: Holding BUMN: Pengertian, Tujuan, dan Daftar Holding di Indonesia

Berkenaan dengan rencana Holding RS BUMN IPO, mari bedah lebih dalam mengenai Pertamedika IHC, mulai dari tonggak pembentukan, kinerja, hingga rencana manajemen terkait IPO.

Tonggak Pembentukan Holding RS BUMN

Wacana pembentukan Holding RS BUMN sudah digodok sejak tahun 2017. Saat itu, tepatnya 9-10 Mei 2017, ada 77 RS BUMN terlibat dalam rapat koordinasi perdana pembentukan holding RS BUMN. Proses konsolidasi/penggabungan RS BUMN ke dalam holding pun dilakukan sejak 2018 dan selesai pada tahun 2022 lalu.

Holding RS BUMN dibentuk bukan tanpa alasan. Diketahui, sejumlah BUMN sebelumnya memiliki anak usaha yang bergerak di bidang medis dengan membangun jaringan rumah sakit (RS). Beberapa BUMN yang memiliki bisnis rumah sakit adalah sebagai berikut. 

- PT Pertamina (RS Pertamina)

- PT Pelni (RS Pelni)

- PT Aneka Tambang (RS Antam Medika)

- PT Krakatau Steel (RS Krakatau Medika)

- PT Pindad (RS Pindad)

- PT Pelabuhan Indonesia II dan III (RS Pelindo Husada Citra)

- PT Semen Indonesia (RS Semen Padang)

- PT Garam (RSI Garam Kalianget)

Melihat begitu banyak bisnis RS milik BUMN, Erick Thohir sebagai Menteri BUMN berniat untuk meningkatkan fokus bisnis dan kualitas layanan kesehatan di tubuh BUMN. Pada saat yang sama, Erick berharap BUMN dapat menjadi pemimpin pasar dalam bisnis RS di Indonesia. Oleh karena itu, Erick Thohir mulai mengintegrasikan seluruh RS BUMN ke dalam holding RS BUMN yang kemudian dikenal dengan Pertamedika IHC.

Baca Juga: Divestasi Tol BUMN dan Upaya Pemerintah Sehatkan BUMN Karya, Simak!

"Penggabungan ini akan menerapkan standardisasi kualitas dan operasional layanan di jaringan rumah sakit anggota holding seluruh Indonesia. Hal itu identik dengan peningkatan pelayanan dan meningkatkan keahlian para expert," tegas Erick dalam siaran pers tahun 2020 lalu.

Tahun 2020 menjadi momentum alias tonggak pembentukan holding RS BUMN. Hal itu ditandai dengan Penandatangan Pengambilalihan Saham RS BUMN oleh PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (Pertamina IHC) pada 30 Juni 2020.

Kinerja Holding RS BUMN

Sejak dilakukan konsolidasi, Holding RS BUMN menunjukkan kinerja keuangan yang cukup menjanjikan untuk modal IPO di BEI. Direktur Utama Petramedika (IHC), Mira Dyah Wahyuni, menyampaikan bahwa kinerja keuangan hasil konsolidasi RS BUMN meroket hingga 244% selama periode 2019-2022.

Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja Pertamedika IHC terbilang dalam tren positif, baik dari sisi pendapatan maupun laba. Merujuk laporan tahunan perushaaan, Pertamedika IHC membukukan total pendapatan sebesar Rp6,83 triliun sepanjang tahun 2021. Nilai tersebut meningkat 29,35% dari pendapatan tahun 2020 yang sebesar Rp5,28 triliun.

Capaian tersebut melanjutkan kenaikan pendapatan dari tahun sebelumnya, yakni tumbuh 21,65% dari Rp4,34 triliun pada 2019 menjadi Rp5,28 triliun. Namun, pendapatan Pertamedika IHC pada tahun 2022 menyusut menjadi Rp4,97 triliun karena terpengaruh oleh pandemi Covid-19 yang mereda.

Capaian positif perusahaan juga tercermin dari pertumbuhan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) yang konsisten mengalami kenaikan masing-masing menjadi Rp102,43 miliar pada 2019, Rp679,68 miliar pada 2020, dan Rp1,34 triliun pada 2021. Sementara itu, EBITDA Pertamedika IHC tahun 2022 menyusut menjadi Rp275 miliar.

Laba Holding RS BUMN sejak 2019-2021 terus meningkat, masing-masing menjadi Rp45,2 miliar, Rp289,3 miliar, dan Rp835,1 miliar. Sementara itu, laba bersih Pertamedika IHC tahun 2022 tercatat sebesar Rp184,2 miliar. 

"Pertamedika IHC terus melakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja, melalui upaya efisiensi dan strategi peningkatan pendapatan perusahaan serta optimalisasi sumber daya," tulis manajemen dalam laporan tahunan perusahaan, dilansir Senin, 17 Juli 2023.

Bocoran Bos Pertamedika IHC Soal IPO

Direktur Utama Pertamedika IHC, drg. Mira Dyah Wahyuni, menyebutkan bahwa kemungkinan Pertamedia IHC akan melakukan IPO pada tahun 2027-2028 mendatang. Hal itu mengingat Pertamedika IHC akan lebih dulu melakukan perbaikan dan transformasi, termasuk digitalisasi.

"Mungkin IPO di 2027-2028. Kami harus benahi laporan keuangan berbeda-beda, kontrolnya, tarifnya, sistemnya, bisnis prosesnya. Ini yang harus dilalui," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, dilansir pada Senin, 17 Juli 2023.

Di sisi lain, Menteri BUMN, Erick Thohir, menyampaikan bahwa pasar modal menjadi alternatif pendanaan bagi Pertamedika IHC dalam meningkatkan layanan kesehatan masyarakat. Mengingat pentingnya isu kesehatan, Erick Thohir mendorong upaya transformasi dan standardisasi RS BUMN, termasuk dengan melakukan go public. 

"Itulah kenapa setelah kita standardisasi, kita cari strategic partner untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan," tambah Erick.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Advertisement

Bagikan Artikel: