Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengerukan Nikel yang Cepat Terkendala ESG, Begini Respons Anak Buah Luhut

Pengerukan Nikel yang Cepat Terkendala ESG, Begini Respons Anak Buah Luhut Kredit Foto: Sufri Yuliardi

“Kami sedang evaluasi resupply kita dengan kapasitas produksi yang sekarang dan mungkin akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan, itu kira-kira 20 tahun,” jawab Seto. Beruntungnya, baterai nikel dapat didaur ulang atau recycling dan Indonesia memiliki cadangannya sebanyak 20.000 ton di Morowali, Sulawesi Tengah, lanjut Seto.

“Di sana sudah menggunakan recycling dari baterai-baterai bekas. Jadi setelah 20 tahun, estimasi kami bahkan mungkin sampai tahun 2035, di Amerika dan Eropa, permintaan suplai nikel mereka tidak lagi sebagian besar dipenuhi dari tambang, tapi dari daur ulang ini,” beber Seto. Menurutnya, daur ulang tersebut mungkin terjadi karena baterai mobil listrik memiliki umur antara 8 tahun–12 tahun. 

Alhasil, ketika sudah berkapasitas 80% dan baterai mobil listrik harus diganti, baterai ditarik oleh produsen, kemudian didaur ulang, dan tingkat pemulihan atau recovery rate baterai dapat mencapai 99%.

“Jadi, limbah baterai yang tidak bisa dipulihkan (recovery), misalnya dalam baterai ini ada 56 kg nikel, maka 99% bisa diekstrak lagi,” imbuhnya optimis. Ia menambahkan, teknologi untuk memulihkan baterai tersebut memungkinkan untuk diterapkan.

Baca Juga: Siapa yang Nikmati Sumber Daya dan Keuntungan Hilirisasi Nikel?

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: