Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Heboh! Cadangan Nikel RI Sekarat 15 Tahun Lagi, Apa Biang Keroknya?

Heboh! Cadangan Nikel RI Sekarat 15 Tahun Lagi, Apa Biang Keroknya? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Rizal menjelaskan, bijih nikel terbagi menjadi dua jenis. Pertama, bijih nikel kadar tinggi di atas 1,5% atau saprolit yang diproses melalui smelter pirometalurgi. Jenis kedua adalah bijih nikel kadar rendah atau limonit yang diproses melalui smelter hidrometalurgi atau High Pressure Acid Leaching (HPAL).

Khusus jenis saprolit, Rizal menjelaskan cadangannya tidak sebanyak limonit. Pihaknya memperkirakan umur cadangan saprolit di Indonesia paling lama hanya mencapai tujuh tahun lagi. Ini dengan asumsi penyerapan bijih nikel kadar tinggi mencapai 460 juta ton per tahun. Namun, angka ketahanan cadangan nikel tersebut bisa berubah bergantung seberapa banyak nikel yang dibutuhkan untuk smelter tersebut.

“Kami memperkirakan, apabila semua smelter, terutama yang pirometalurgi ini selesai dibangun, cadangan (nikel) yang ada saat ini itu akan berhasil bertahan lima sampai tujuh tahun karena jumlah kebutuhan bijih nikel ini mencapai di atas 460 juta ton apabila semua smelter berhasil dibangun, tetapi dengan kondisi saat ini kebutuhan saprolit untuk pirometalurgi itu 170-an juta ton, maka daya tahannya akan sekitar 13 tahun. Memang ini akan bervariasi, tergantung asumsi yang kita gunakan untuk feeding ore nikel kepada smelter,” lanjutnya.

Sedangkan untuk jenis nikel kadar rendah atau limonit, Rizal mengatakan bahwa dengan cadangan yang ada saat ini bisa bertahan hingga 33 tahun ke depan.

"Untuk limonit, data yang di bawah 1,5% kadarnya, untuk apabila semua refinery atau smelter hidrometalurgi selesai dibangun, bertahan sekitar 33 tahun kurang lebih," tandasnya.

Langkah Pemerintah Perpanjang Umur Nikel RI

Pemerintah dikabarkan dengan sigap telah berupaya untuk memperpanjang umur cadangan nikel Indonesia. Eksplorasi untuk menemukan cadangan nikel baru merupakan salah satu langkah pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto mengatakan pihaknya turut melakukan eksplorasi di area hijau guna menemukan cadangan nikel baru.

"Jadi Badan Geologi terus melakukan eksplorasi, menambah sumber daya dan cadangan. Kami lakukan di green field atau green area untuk temukan cadangan baru nikel," jelasnya, dilansir dari CNBC Indonesia, Jumat (1/9/2023).

Ia membeberkan pihaknya saat ini melakukan eksplorasi di wilayah Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Adapun, dia mengatakan sumber daya nikel di ketiga wilayah itu memang tidak sebesar yang tersedia saat ini, khususnya yang berada di Sulawesi dan Maluku.

"Selain saat ini terbesar di Sulawesi kemudian Maluku, kami juga lakukan di tempat lain, Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Walaupun enggak sebesar di Sulawesi dan Maluku, kami dapat data sumber daya dan cadangan di tiga pulau tersebut," bebernya.

Jika Benar Nikel Habis, Apa Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia?

Sebagai negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, tentu saja komoditas tersebut memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia melakukan ekspor nikel sebanyak 777,4 ribu ton, meningkat 367% dibanding setahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Nilai total ekspor nikel Indonesia pada 2022 juga melonjak 369% (yoy) menjadi US$5,97 miliar. Angka-angka tersebut merupakan rekor tertinggi dalam sedekade terakhir, seperti terlihat pada grafik di atas.

Setidaknya ada empat dampak negatif yang akan diterima Indonesia jika cadangan nikel Indonesia benar-benar habis di 15 tahun mendatang.

Pertama, penurunan pendapatan negara. Nikel merupakan salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Dengan habisnya cadangan nikel, maka penerimaan negara dari ekspor nikel juga akan menurun. Hal ini akan berdampak pada penurunan pendapatan negara dan penerimaan pajak.

Kedua, penurunan lapangan kerja. Industri nikel merupakan salah satu industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Dengan habisnya cadangan nikel, maka banyak tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan.

Selanjutnya, ketergantungan pada impor. Indonesia akan menjadi lebih bergantung pada impor nikel. Hal ini akan meningkatkan biaya produksi dan harga barang-barang yang menggunakan nikel sebagai bahan baku.

Terkahir, kerugian bagi industri hilir. Industri hilir yang menggunakan nikel sebagai bahan baku, seperti industri baterai, keramik, dan baja, akan mengalami kerugian. Hal ini karena mereka tidak dapat lagi mendapatkan pasokan nikel yang cukup.

Baca Juga: Siapa yang Nikmati Sumber Daya dan Keuntungan Hilirisasi Nikel?

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: