Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meroketnya Ekonomi Maluku Utara, Bukti Keberkahan Industri Nikel Indonesia

Meroketnya Ekonomi Maluku Utara, Bukti Keberkahan Industri Nikel Indonesia Kredit Foto: Dokumentasi Perseroan

Terbukti, investasi baik domestik maupun internasional, terus mengalir ke wilayah tersebut sejalan dengan komitmen dunia untuk mengurangi emisi dengan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.

“Investasi langsung asing pada industri pengolahan dan pemurnian nikel, sejak diberlakukannya larangan ekspor bijih nikel, terus meningkat,” ungkap dari Josua.

Baca Juga: Pengerukan Nikel yang Cepat Terkendala ESG, Begini Respons Anak Buah Luhut

Dampaknya bisa terlihat dari bagaimana signifikannya pertumbuhan industri pengolahan tumbuh di Maluku Utara. Struktur ekonomi wilayah itu berubah dari sebelumnya yang didominasi oleh pertanian dan pertambangan menjadi industri pengolahan yang mengolah hasil tambang bijih mineral.

“Hilirisasi pertambangan bijih nikel mampu mengubah struktur ekonomi daerah penghasil nikel dari primer (Pertambangan) ke sekunder (Industri Manufaktur),” jelas dari Josua.

Perubahan ini terlihat dari peningkatan jumlah tenaga kerja dalam sektor industri pengolahan selama beberapa tahun terakhir, seiring dengan perkembangan industri nikel.

"Peralihan tenaga kerja yang menghasilkan output yang lebih tinggi mendorong produktivitas tenaga kerja serta jumlah pekerja di Maluku Utara," tulis Josua.

Selain itu, perkembangan industri nikel ini juga meningkatkan kinerja ekspor dari Maluku Utara. Ekspor bijih logam, yang diperkirakan berasal dari feronikel, cenderung lebih besar dibandingkan dengan ekspor komoditas lainnya yang hasilnya terbatas dalam kinerja ekspor dari Maluku Utara.

Di sisi lain, masyarakat lokal juga dapat merasakan dampak perkembangan industri nikel yang terjadi di Maluku Utara, terlihat dari peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) wilayah tersebut yang mengalami kenaikan relatif cepat dibandingkan dengan provinsi lainnya. Tercatat bahwa IPM wilayah ini mencapai 69,47 pada tahun 2022.

Baca Juga: Manfaat Hilirisasi Nikel bagi Rakyat

Kendati demikian Latif mengakui, mungkin dampak pemerataannya belum merata. “Ada daerah-daerah yang belum mendapatkan manfaat optimal dari keberadaan industri berbasis nikel tersebut,” ujarnya. Karena itu, lanjut Latif, pihaknya berupaya mengembangkan program CSR (Corporate Social Responsibility) untuk menutupi dampak yang tidak diharapkan tersebut.

Penulis : Aldi Ginastiar
Laporan: Muhamad Ihsan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: